Thursday, August 30, 2012

Supervisi

A.      Pengertian Supervisi
Menurut Suharsimi Arikunto, Supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penelitian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan.[1]
Supervise dapat pula di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah, sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau lebih tinggi dar guru, untuk melihat atau mengawasi suatu pekerjaan guru.[2]
Di dalam kegiatan supervise, pelaksana bukan mencari kesalahan-kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat.
Berdasarkan konsep pengertiannya, supervise dapat dibedakan menjadi dua, yaitu supervise akademik dan suprvisi administrasi. Supervise akademik adalah supervise yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu, yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketikasedang dalam proses belajar.
Adapun supervise administrasi yang menitikberatkan pengaatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.
Jadi supervise akademik menguatamakan objek pada aspek-aspek yang langsung tertuju pada proses pembelajaran, antara lain yang terjadi di kelas atau laboratorium. Sedangkan supervise administrasi mengarahkan pandangannya pada hal-hal yang bersifat kondisional dari kegiatan akademik. Maksud dari kondisional adalah memberikan layanan tertuju pada keberlangsungan proses pembelajaran.

B.     Fungsi Supervisi
1.      Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Supervise yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan supervise dengan ruang lingkup yag sempit, tertuju pada aspek akademik, khususnya yan terjadi diruang kelas, ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa. Perhatian utam supervisor adalah bagaimana prilaku siswa dalam proses menerima pelajaran baik dengan bantuan guru secara langsung ataupun tidak.
2.      Fungsi memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran
Supervise yang berfungsi memicu atau penggerak merupakan factor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
3.      Fungsi membina dan memimpin
Supervise mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah, yatu kepala sekolah, diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha.
C.      Tujuan Supervisi
Tujuan supervise dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.[3]
1.      Tujuan Umum supervises menunjukan pada makna supervisi, yaitu memberikan bantuan teknis dan memberikan bimbingan kepada guru dan staff sekolah yang lain.
2.      Tujuan Khusus lebih menunjukan pada aspek-aspek yang sudah jelas dan terperinci. Tujuan ini lebih mengarahkan pada kinerja komponen-komponen supervise yang tidak lain adalah siswa, guru serta staff-staff lain, materi kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan serta lingkungan dan situasi umum.
D.      Kategori Supervisor menurut cara kerjanya
Para supervisor walaupun jabatannya sama, mereka mempunyai kebiasaan bekerja sendiri. Kebiasaan bekerja yang dimaksudkan ialah cara membimbing para guru untuk meningkatkan prestasi kerja mereka.
Lucio mengkategorikan supervisor dengan kebiasaan membimbing dalam buku yang berjudul Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan karangan Prof. DR. made Pidarta yaitu :[4]
1.      Supervisor otoriter, ialah superisor yang hanya menggunakan pikirannya sendiri dalam proses pembinaan guru. Ia tidak akan mau memberi  kesempatan kepada guru-guru untuk mengemukakan pendapat mereka. kalaupun secara kebetulan kesempatan itu ada, pandangan para guru ini biasanya tidak dihiraukannya. Supervisior ini memandang guru-guru seperti anak kecil, yang belum mampu diajak berbincang-bincang perkara orang tua. Masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, dipikiran dan dicarikan jalan permasalahan. Hubungan supervisor dengan para guru pun pada umumnya bersifat formal. Guru diterima hanya kalau ada masalah yang perlu dibicarakan di luar hal itu tidak perlu ada komunikasi.
2.      Supervisor yang mengahayati, yaitu menghayati kepribadian guru yang dibina. Menghayati hampir sama artinya dengan empati yaitu suatu usaha untuk memahami kepribadian dan suasana hati orang lain dengan cara berusaha menempatkan diri sendiri pada orang lain yang bersangkutan. Dengan menemptkan diri pada diri guru, supervisor yang akan merasa apa yang dirasakan guru itu. Ia tahu apa yang dirasakan guru itu, apa yang menarik hatinya, apa cita-citanya, dan bagaimana falsafah hidupnya.
Supervisor ini sadar bahwa suasana hati seorang guru tidak selalu konsisten, tidak selalu sama setiap hari. Suasana hati ditentukan oleh apa yang dialami guru itu sesaat sebelum berangkat sekolah atau ditentukan oleh pengalaman guru disekolah itu sendiri. Pengalaman-pengalaman itu mungkin dapat membuat guru itu riang, bersemangat bekerja, banyak berinisiatif, atau sebaliknya bisa menjadi pendiam, menyendiri, marah-marah, bahkan merasa dendam. Semua macam suasana hati itu perlu dihayati oleh supervisor dalam menghadapi guru-guru. Supervisor cukup sensitive terhadap hal-hal seperti ini.
Biasanya supervisor seperti ini lebih suka mengadakan pendekatan tidak formal dari pada formal. Dengan cara informal mereka akan lebih bebas bergaul untuk mengalami hati setiap guru cara pembimbingannya pun bertitik tolak dari pendekatan ini sebab itu dia menggunakan metode pembimbingan yang berbeda-beda bagi setiap guru dan setiap suasana hati. Tingkat partisipasi seorang guru dalam memecahkan masalah juga bergantung kepada suasana hati yang dialami guru pada saat itu, disamping bergantung kepada kepribadian dan tingkat kemampuan guru itu sendiri
3.      Supervisor yang menekankan kerja kelompok, yaitu kepada hasil karya dan keputusan bersama yang bersifat emperis dalam menyelesaikan masalah. Supervisor memberi kesempatan pada sekelompok guru yang sejenis atau yang menghadapi problem sama untuk berdiskusi mencari alternatif-lternatif pemecahan. Alternative-alternatif itu kemudian di terapkan dilapangan dalam situasi nyata. Dari hasil ini diharapkan masalah yang sedang dihadapi dapat dipecahkan.
Tugas utama supervisor adalah memberi atau menyiapkan fasilitas-fasilitas tersebut antara lain buku-buku bacaan, perlengkapan laboraturium, perlengkapan survey, moderator dalam berdiskusi, informmasi-informasi pendidikan yang terbaru, memberi motivasi untuk kreatif, dan sebagainya. Supervisor ini dapat dikatakan melaksanakan prinsip Tut Wuri handayani dalam membimbing guru yang bersifat kelompok.
4.      Supervisor yang menghargai keunikan individu, yaitu untuk setiap guru. Supervisor jenis ini mempunyai keyakinan bahwa bila guru-guru mempunyai individualitas serba unik ini dilayani secara berbeda-beda sesuai dengan selera mereka masing-masing, maka supervise sangat mungkin akan berhasil dengan baik. Untuk maksud ini supervisor perlu melihat dengan jelas keunikan masing-masing.
5.      Supervisor yang berkiblat kepada orang lain, yaitu kepada orang-orang pendidik yang terkenal atau berpengaruh. Supervisor ini hanya meniru cara-cara orang lain yang mendapatkan sukses.
Tugas supervisor ini ialah pertama-tama mengidentifikasi metode yang dipakai oleh orang-orang yang dikagumi dalam membina bawahannya, kemudian mempelajari strategi dan pendekatan yang dipakai, sarana yang digunakan dan langkah-langkah atau proses apa yang ditempuh. Bahan-bahan ini kemudian dirangkum dan diterapkan di sekolah untuk membina para guru. Karena supervisor berkiblat kepada seseorang yang ia kagumi, maka seringkali tujuan atau keinginan orang tua juga tercerminkan dalam supervise itu.
6.      Supervise yang berkiblat kepada peraturan, baik yang datangnya dari pemerintah pusat ataupun langsung dari atasan langsang. Supervisor ini secara sadar atau tidak merasa cukup kewibawaan, atau ia barangkali merasa apa yang ia minta kepada guru-guru tidak akan terpenuhi. Oleh sebab itu setiap tindakan atau perintahnya dilengkapi dengan nomor dan tanggal peraturan yang member wewenang kepadanya ertindak seperti itu.
Tugas supervisor ini sebetulnya hanya melaksanakan peritah-perintah atasan, system pendidikan yang patut dilaksanakan. Metode belajar-mengajar yang harus digunakan, cara-cara menilai prestasi para siswa dan sebagainya. Hampir tidak ada inisiatif sendiri untuk mengembangkan proses belajar mengajar. Begitu pula cara membina guru, juga mengikuti model-model yang ditentukan dari atas. Supervisor seperti ini mirip dengan robot, suatu instrument yang setia kepada atasannya.
E.       Teknik-teknik Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan  menjadi dua bagian, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
a.    Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu – waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor ( kepala sekolah, penilik, atau pengawas ) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang  sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat – syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
b.    Mengadakan kunjungan observasi ( observation visits )
Guru–guru dar isuatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara– cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan ( discovery ), dan sebagainya.
c.    Membimbing guru – guru tentang cara – cara mempelajari pribadi siswa dan mengatasi problema yang dialami siswa.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan – kesulitan belajar siswa, misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang “nakal”, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman – temannya. Meskipun dibeberapa sekolah telah dibentuk bagian konselor, masalah yang ditimbulkan oleh siswa itu sendiri lebih baik diatasi oleh guru kelas itu sendiri dari pada diserahkan ke konselor yang mungkin akan memakan waktu lebih lama. Disamping itu, kita pun harus menyadari bahwa guru kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah, sangat diperlukan
d.      Membimbing guru – guru dalam hal – hal yang berhubungan dengan      pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain :
·      Menyusun program catur wulan atau program semester
·      Menyusun atau membuat program satuan pelajaran
·      Mengorganisasi kegiatan – kegiatan pengelolaan kelas Melaksanakan teknik – teknik evaluasi pengajaran
·      Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar – mengajar
·      Mengorganisasi kegiatan – kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan supervisi tersebut diatas, disamping dapat dilakukan dengan teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok, bergantung pada tujuan dan situasinya.


2.  Teknik kelompok
         Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
a.    Mengadakan pertemuan atau rapat ( meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas – tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Misalnya mengadakan rapat – rapat secara periodik dengan guru – guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan rapat dalam rangka kegiatan supervise seperti hal – hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dna pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelolaan keuangan sekolah.
b.      Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok – kelompok guru bidang studi sejenis atau guru yang minat pada mata pelajaran tertentu. Kelompok – kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan diskusi guna membicarakan hal – hal yang berhubungan dengan usaha supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat – nasihat ataupun saran – saran yang diperlukan.
c.         Mengadakan penataran – penataran (inservice- training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran – penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru – guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran – penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut dari hasil penataran, agar dapat dipraktekan oleh guru – guru.



[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hal. 2
[2] Hal. 4
[3] Hal. 42
[4] Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta : bumi Aksara, 1992), hal. 86s

0 comments

Post a Comment