Menjadi guru adalah suatu tugas yang mulia. Guru adalah orang yang memiliki kharisma atau wibawa sehingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D.Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya “This Is Teaching” menyatakan bahwa: “Teacher is professional person who conducts classes.” Yang artinya guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas.[1] Untuk menjadi seorang guru yang profesional kita harus memiliki kemampuan untuk mengelola sebuah kelas yang di dalamnya terdapat bermacam-macam karakter. Seorang guru yang profesional harus bisa menyatukan berbagai macam karakteristik yang berbeda tersebut sehingga dapat menjadi satu kekompakan di dalam sebuah kelas.
Teknik pengajaran kepada anak murid harus dibuat lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Realita pendidikan sekarang adalah banyaknya sebagian guru yang menjalankan tugasnya sebagai guru hanya setengah-setengah. Maksudnya setengah-setengah adalah mereka hanya sekedar menyampaikan suatu materi tanpa mau tau apakah materi yang disampaikannya itu dimengerti atau tidak oleh murid. Kondisi seperti ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Fenomena tersebut terlihat dari perhatian sebagian guru (pendidik) yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapatkan perhatian. Gejala yang lain juga terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama (monoton) setiap kali pertemuan di kelas. Hal inilah yang membuat anak murid cenderung cepat mereasa bosaan dan jenuh belajar.
Untuk memudahkan seluruh murid dalam memahami pelajaran perlu untuk kita mencari suatu teknik pengajaran yang menarik, salah satu teknik yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar adalah belajar kelompok dengan memasukkan unsur pelajaran sekaligus permainan di dalamnya. Dengan begitu proses pembelajarannya menjadi aktif, kreatif, menarik dan menyenangkan sehingga murid-murid lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan dan tidak cepat bosan.
Terkait dengan hal tersebut, kami akan melakukan penelitian ke Sekolah Dasar Negeri 023 yang berada di Jalan Juanda 8 Kelurahan Air Hitam Kecamatan Samarinda Ulu untuk mengetahui sejauh mana para guru sudah menerapkan teknik pembelajaran yang menarik dan sejauh mana teknik belajar kelompok dapat berpengaruh terhadap keaktifan, pemahaman materi dan peningkatan nilai siswa di kelas.
Dengan ditulisnya hasil penelitian ini, kami berharap dapat membantu memberikan gambaran realita pendidikan di negeri ini serta memperluas cakrawala berfikir kita. Sehingga dapat menjadi bahan renungan untuk perbaikan pendidikan dan metode pengajaran di masa yang akan datang.
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Belajar Kelompok
Menurut Ausuble, Novak, dan Hanesian (1978), ada dua jenis belajar yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghapal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar.[2] Untuk itu kita memerlukan suatu teknik pengajaran yang dapat membuat materi pelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan belajar kelompok.
Menurut Mudjiono kerja kelompok dapar diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.[3] Jadi belajar kelompok adalah kegiatan belajar bersama dan saling bertukar fikiran dalam memecahkan suatu permasalahan.
Metode Pembelajaran Kelompok atau dikenal Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kelompok adalah falsafah homo homini socius yang menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.[4] Kerjasama menjadi kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak ada individu, keluarga, masyarakat atau sekolah. Dengan demikian model pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa suatu kelas sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Tujuan Belajar Kelompok
Menurut Bellanca dan Fogarty (1991) di dalam belajar kelompok harus disertakan unsur 5M yaitu (1)membangun pemikiran tingkat tinggi, (2)menyatukan tim, (3)memastikan pembelajaran individu, (4)meninjau dan membahas, dan (5)mengembangkan keterampilan sosial.[5] Dengan memasukkan unsur-unsur 5M, dapat dipastikan semua anggota kelompok akan memperoleh manfaat dari pengalaman kerjasama mereka dan juga mendapatkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk keberhasilan hidup.
Tujuan utama dari belajar kelompok ini adalah agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama, seperti melakukan percobaan, berdiskusi, bermain peran, juga untuk mendorong agar anak yang pemalu dan penakut dapat ikut berbicara. Belajar kelompok juga melatih anak untuk dapat bekerja sama dengan teman yang lainnya. Selain itu tujuan belajar kelompok ialah belajar untuk memahami orang lain, menghargai pendapat orang lain, dan belajar untuk menolong orang lain.
Penerapan belajar kelompok menurut Mudjiono (1992) bertujuan untuk memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama diantara peserta didik, meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disediakannya dan meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara seimbang.[6]
Belajar kelompok juga memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu dapat memotivasi semangat belajar antara teman satu dengan lainnya. Belajar kelompok juga memudahkan dalam berbagi informasi dan pengetahuan, teman yang pandai dapat mengajari dan menularkan kepandaiannya kepada teman lainnya. Selain itu dengan belajar kelompok dapat membangun komunikasi timbal balik dalam melakukan diskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dan bersosialisasi di luar sekolah.
3. Cara Pembagian Kelompok Belajar
Agar sebuah kelompok dapat berjalan dengan baik maka pembagian kelompoknya pun harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing siswa. Siswa yang pendiam sebaiknya digabung dengan siswa yang aktif berbicara agar ia ikut termotivasi untuk menjadi seperti siswa yang aktif tersebut.
Jumlah yang paling baik untuk membentuk sebuah kelompok adalah kira-kira lima sampai delapan orang. Apabila anggota kelompok belajar terlalu banyak maka akan mengurangi aktifnya masing-masing siswa dalam bekerja sama dalam Dalam mengatur tempat duduk yang perlu diperhatikan ialah supaya setiap peserta dapat saling bertatap muka dan nyaman dalam mengutarakan pendapatnya masing-masing. Tempat duduk dapat diatur berupa lingkaran ataupun duduk mengelilingi meja. Suatu kelas yang susunan kursinya berderet dapat diubah menjadi tempat yang tepat dalam diskusi berkelompok dengan cara sebagai berikut. Hitung dari depan ke belakang jumlah kursinya. Kemudian yang ganjil dibalik sehingga berhadapan dengan yang genap. Dengan demikian dapat
Mengatur tempat belajar kelompok juga bisa dilakukan dengan bentuk formasi tim (kelompok) dengan cara mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas, dan ini memungkinkan kita untuk meningkatkan interaksi tim. Kita dapat menempatkan meja untuk membentuk formasi yang paling akrab, jika ini dilakukan beberapa siswa harus memutar kursi mereka agar menghadap ke depan kelas supaya bisa melihat guru dan papan tulis. Atau dapat pula menyusun kursi dalam bentuk setengah lingkaran agar tidak ada siswa yang membelakangi ruang depan kelas.
4. Teknik Belajar Kelompok
Ada bermacam-macam metode yang bisa digunakan dalam teknik belajar kelompok. Penggunaan metode belajar yang bervariasi dapat membangkitkan semangat belajar anak didik. Metode yang bisa digunakan dalam teknik belajar kelompok ialah antara lain sebagai berikut :
a. Student Team Acievement Devision (STAD)
Dalam metode STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa mendapatkan kuis tentang materi itu dan pada saat kuis mereka tidak dapat saling membantu antara satu dan yang lainnya.[7]
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Dalam metode STAD kita juga dapat memasukkan metode Teams Games Tornaments (TGT) dimana siswa dapat memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.[8] Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
c. Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)
CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa bekerja dalam tim belajar kelompok beranggotakan empat orang. Mereka terlibat dalam rangkaian sebuah kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain, membuat prediksi tentang bagaimana cerita naratif akan muncul. Saling membuat ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih pengerjaan serta perbendaharaan kata. Mereka juga bekerjasama untuk memahami ide pokok dan keterampilan pemahaman yang lain. Tiga penelitian tentang CIRC telah menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan membaca siswa, termasuk skor dalam test bahasa dan membaca yang baku (Umi dan Abdul dalam Slavin, 1991,1995).
d. Jigsaw
Pada metode jigsaw, siswa dikelompokkan ke dalam tim yang beranggotakan enam orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subtopik. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya dan merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
e. Penelitian Kelompok (Group Investigation)
Group Investigation merupakan suatu rencana organisasi kelas umum. Di dalamnya siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan diskusi kelompok dan perencanaan serta proyek kooperatif. Siswa membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam anggota. Setelah memilih beberapa subtopik dari sebuah bab yang sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok-kelompok itu memecah subtopik mereka menjadi tugas-tugas individual dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok kemudian membuat presentasi atau peragaan untuk mengkomunikasikan temuannya kepada seluruh kelas.
5. Kebaikan dan Kekurangan dalam Belajar Kelompok
Didalam menggunakan sistem belajar kelompok terdapat kebaikan dan kekurangannya. Kebaikan dari belajar kelompok ialah:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.
c. Dapat mengembangkat bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
e. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Sedangkan kekurangan dari belajar kelompok ialah:
a. Belajar kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
b. Belajar kelompok kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula
c. Keberhasilan belajar kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
HASIL PENELITIAN
Dari wawancara yang kami lakukan pada tanggal 20 dan 27 Oktober 2011 kepada bapak Djunaidi, S.Pd sebagai Kepala Sekolah, ibu Nurhayati, S.Pd sebagai guru wali kelas dan ibu Syamsiah, S.Ag sebagai guru agama SDN 023 Samarinda, dapat diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:
1. Apakah para guru sudah menerapkan sistem belajar dengan kelompok dalam proses belajar mengajar?
Jawaban:
Sebagian guru sudah menerapkan sistem belajar dengan berkelompok, namun belajar berkelompok itu hanya mereka terapkan pada kelas yang lebih tinggi saja seperti kelas 4, 5, dan 6.
2. Bagaimana teknik belajar kelompok yang digunakan dalam proses belajar berkelompok?
Jawaban:
Dalam belajar berkelompok, hal pertama yang dilakukan adalah membagi tiap-tiap regu dalam kelompok. Agar pembelajaran dalam kelompok lebih efektif maka masing-masing regu ada 4-5 orang saja. Anak yang pendiam digabung bersama anak yang lebih aktif, dan anak yang biasa-biasa saja digabung dengan anak yang lebih pintar agar mereka dapat saling memotivasi. Contoh cara belajar berkelompok yang dilakukan adalah dengan mengarahkan anak didik agar ia mencoba melakukan percobaan untuk meneliti sesuatu sesuatu, seperti meneliti pertumbuhan tanaman kecambah.[9]
3. Apakah dalam proses belajar berkelompok bisa dimasukkan semacam permainan-permainan yang menarik untuk siswa?
Jawaban:
Tentu. Seperti simulasi pemilihan ketua kelas yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Selain itu dengan memasukkan semacam permainan dan lagu-lagu yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar materi pelajaran lebih dipahami oleh siswa.
4. Kesulitan apa saja yang dihadapi dalam menerapkan sistem belajar berkelompok di dalam sebuah kelas?
Jawaban:
Kesulitan yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman dan penguasaan sebagian siswa terhadap materi yang disampaikan karena mereka tidak mereka tidak memiliki buku paket untuk menunjang proses pembelajaran, sehingga proses belajar dengan berkelompok agak terhambat. Faktor lainnya yaitu adanya sebagian siswa yang kurang perduli terhadap materi pelajaran kemudian mereka membuat kegaduhan dalam kelompok tersebut hingga menyebabkan sistem belajar berkelompok menjadi kurang efektif.[10]
5. Bagimana respon peserta didik dalam penerapan sistem belajar berkelompok?
Jawaban:
Respon peserta didik sangat bermacam-macam, ada yang bersemangat dan ada juga yang tidak bersemangat. Karena karakter tiap anak tentunya berbeda-beda.
6. Apakah ada perubahan terhadap nilai dan perilaku siswa selama proses belajar berkelompok diterapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban:
Tentunya ada perubahan yang terjadi, dia menjadi lebih termotivasi dengan adanya sistem belajar berkelompok ini. Dari yang tadinya dia tidak berani berbicara lama kelamaan dia mulai berani dan terbiasa dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap peningkatan IQ siswa sehingga pada akhir tahun ajaran nilai mereka menjadi lebih meningkat.[11]
7. Sarana prasarana apa saja yang disediakan untuk menunjang kinerja para guru dalam proses belajar mengajar?
Jawaban:
Sarana-prasarana yang ada sudah cukup lengkap untuk membantu para guru dalam melakukan proses belajar mengajar, seperti adanya ruang media yang menyediakan berbagai macam keperluan belajar mengajar seperti LCD dan proyektor, perlengkapan sebagian mata pelajaran (seperti globe, patung organ tubuh manusia, bola dan lain sebagainya). Selain itu para guru juga ada yang diikutkan pelatihan-pelatihan keterampilan dan lain sebagainya. Selain itu setiap seminggu sekali para guru-guru berkumpul dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses mengajar dan memecahkan permasalahannya secara bersama.[12]
Jadi, dari hasil penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa penerapan sistem belajar dengan berkelompok sudah bisa diterapkan kepada anak SD namun dengan teknik dan materi yang lebih ringan dan menyenangkan. Penerapan sistem belajar berkelompok ini juga berpengaruh terhadap prestasi dan peningkatan nilai siswa. Teknik yang digunakan dalam belajar berkelompok tentunya disesuaikan dengan kemampuan anak SD dan dibuat lebih menarik sehingga mereka lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Demikian juga dengan disediakannya sarana dan prasarana yang sudah lengkap, maka para guru dapat menggunakan media tersebut untuk mengembangkan teknik mengajar yang dia gunakan di dalam kelas.
KESIMPULAN
1. Belajar kelompok adalah suatu proses belajar bersama yang melibatkan beberapa orang dengan tujuan memecahkan masalah secara bersama-sama dan saling bertukar pikiran.
2. Tujuan utama dari belajar kelompok ini adalah agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama, seperti melakukan percobaan, berdiskusi, bermain peran, juga untuk mendorong agar anak yang pemalu dan penakut dapat ikut berbicara.
3. Cara pembagian dapat disesuaikan dengan banyaknya siswa di dalam kelas. Siswa yang lebih aktif dapat disatukan dengan siswa yang kurang aktif agar dapat saling memotivasi.
4. Teknik belajar kelompok adalah suatu cara bagaimana belajar kelompok bisa terlaksana dengan baik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan metode diskusi, feedback (umpan balik), dan persentasi.
5. Ada kekurangan dan kelebihan dari teknik belajar kelompok. Salah satu kelebihannya yaitu siswa dapat saling berukar pikiran dan terbiasa dalam mengemukakan pendapatnya. Dan salah satu kekurangannya ialah adanya sebagian siswa yang kurang perduli dengan adanya belajar berkelompok sehingga dalam kelompok tersebut hanya satu orang saja yang mendominasi dan aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Lipton, Laura dan Deborah Hubble, Menumbuhkan Kemandirian Belajar, Bandung: Penerbit Nuansa, 2005.
Machmudah, Umi dan Abdul Wahab, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: UIN-MALANG PRESS, 2008.
Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Wawancara dengan bapak Djunaidi, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN 023.
Wawancara dengan Ibu Syamsiah, S.Ag. selaku guru agama SDN 023.
Wawancara kepada Ibu Nurhayati, S.Pd selaku guru wali kelas 5 SDN 023.
[3] http://krizi.wordpress.com/2011/09/13/metode-belajar-kerja-kelompok/., diakses pada tanggal 4 Oktober 2011 pada jam 10:55
[4] http://www.duniapembelajaran.com/2011/01/metode-pembelajaran-kelompok-satu.html., diakses pada tanggal 4 Oktober 2011 pada jam 10:55
[8] http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html, diakses pada tanggal 4 Oktober 2011 pada jam 10:15
0 comments
Post a Comment