BAB XIV
IMAN KEPADA ALLAH dan ITIKAD AHLUSSUNNAH DENGAN NASH-NASH SYAR’IYAHTENTANG SIFAT-SIFATNYA
1. Pengertian Iman kepada Allah SWT
Iman berarti hendaknya seorang hamba Allah it mengiktikadkan dengan keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah ST, baik yang wajib, mustahil serta yang jaiz. Secara Ijmali (terperinci) harus beritikad sepenuh hati dengan keadaan ketuhanan-NYa dan mustahil dari sifat kekurangan ,serta jaiz bagi Allah untuk melakukan setiap yang mungkin untuk meninggalkannya. Secara tafsilI (terperinci) sifat-sifata Allah yang menunjukkan kesempurnaan Allah yang berjumlah tigabelas dan mengiktikadkan lawan-lawan dan sifat-sifat tersebut.
1. Wujud (ada) >< ,Adam (tidak ada)
2. Qidam ( Dahulu) >< Hudust (Baru)
3. Baqa, ( Kekal) >< Fana, (Rusak)
4. Mukhalafatul lilhawaadist Berbeda dengan semua yang baru)>< Mumatssalatu lilhawadits ( sama dengan yang baru)
5. Qiyamuhu binafsihi ( Berdiri dengan DzatNYA sendiri) >< Qiyamuhu Bi ghoirihi
6. Wahdanniyah (Esa) >< TA,adud (berbilang)
7. Qudrat (kuasa) >< ajz (Lemah)
8. Iradah (Berkehendak) >< Karaahiyah (Terpaksa)
9. Ilmu (Mengetahui) >< Jahil (Bodoh)
10. Sama, (Mendengar) >< Shamam (tuli)
11. Bashar (Melihat) >< A,ma (buta)
12. Kalam (Berfirman) >< Bakam (bisu)
13. Hayah (Hidup) >< Maut (Mati)
2. Sifat Allah dan dalilnya
Sifat wujud (ada) adalah sifat wajib bagi Allah dan mustahil Allah itu adam (tidak ada) buktinya adalah alam serta isinya ini adalah barang yang baru. Buktinya adalah seluruh alam yang kita saksikan dengan segala isi dan kandungannya, adalah barang yang baru. Setiap yang baru pasti ada yang menciptakan.
A. Mukjizat nabi Musa a.s
Mukjizat nabi Musa salah satunya adalah membelah lautan ketika dikejar oleh raja firaun dengan memukulkan tongkatnya ke laut.san raja firaun tenggelam setelah lautan itu meyatu kembali. Mukjizat ini adalah jaiz atau muntgkin bagi akaldan tidak mustahil terjadi. Hal itu juga jaiz bagi Allah SWT karena hal itu sangat mudah bagi Allah.
Mukjizat yang kedua adalah keluarnya air ketika dari batu ketika tongkatnya dipikulkan.1)Allah SWT mengadakan air itu, namun cara yang duipergunakan adalah ketika nabi Musa memukulkan tongkatnya. Maka pada penglihatan bani Israil seolahy-olah beliaulah yang berkuasa mengeluarkan air tersebuut. 2) Allah mengubah udar disekitar batu tersebut menjadi air. Hanya saja hal tersebut terjadi ketika nabi musa memukulkan tongkatnya. Hal tersebuat adalah hal yang jaiz yang telah diketahui oleh ahli kimia. Mukjizat yang ketiga yaitu berubahnya tongkat nabi Musa menjadi ular besar dan memakan ular-ular hasil sihiran tukang sihir raja firaun. Hal tersebut sangatlah mudah bagi Allah SWT. Bagi orang beriman hal tersebut tidaklah mustahil bagi Allah SWT.
B. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim tidak terbakar ketika di bakar oleh raja Namrudz ada berbagai pendapat ahli kimia yang menyebabkan api dapat membakar, namun semua teori yang di ajukan dapat terbantahkan dengan keadaan yang lainnya. Dikatakan bahwa api dapat membakar apabila terjadi pijar, namun hal tersebut tidak berlaku pada kunang kunang, dan pendapat yang lainnya. Namun pada akhirnya para ahli tersebut yang hanya menyandarkanpada pengetahuan maka akan berkata “entahlah akupun tidak mengetahui.” Namun bagi Allah SWT untuk membuat api itu dapat membakar ataupun tidak sangatlah mudah. Karena dengan kejendakNYA lah semua dapat terjadi.
C. Mukjizat Nabi Isa a.s
Di dalam Al-quran disebutkam bahwa nabi Isa memiliki Mukjizat dapat menyembuhkan orang yang sakit kulit, buta dan dapat menghidupkan orang yang telah mati. Hal ini tentu jaiz bagi akal Karena akan lebih sulit menciptakan manusia daripada menghidupkan manusia, namun bagi Alah SWT sangatlah mudah melakukan hal tersebut.
D. mukjizat nabi Sulaiman a.s dan Nabi Daud a.s
Mukjizat nabi Suliman yaitu tunduknya bangsa setan dan angin pada beliau dan Nabi Daud dapat melunakkan besi dengan tangannya. Semua itu dapat tunduk serta dapat dipaksa oleh Allah SWT untuk melakukan Perintah-NYA.
Besi bersifat keras itu memang sunatullah, namun bisa dilunakkan dengan dipanaskan. Namun sifat kerasmy itu bukan keharusan, bagi Allah SWT dapat dengan mudah melakukan semua hal tersebut.
3. Mukjizat Nabi Muhammad SAW dan keterangan-keterangan mengenai bukti kebenaran pengakuannya
Mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar adalah Kitab Suci Al-Quran. Hanya mukjizat inilah yang kekal sampai pada lenyapnya alam dunia. Berbeda dengan mukjizat lainnya yang berlaku pada kondisi/waktu tertentu. Tujuan diberikan mukjizat pada rasul-rasul Allah adalah supaya putuslah hujjah mereka sehingga tidak ragu lagi pada RasulNYA.
Nabi Muhammad semenjak lahir sudah terkenal dengan sifat belia yang Amanah (dapat dipercaya) serta siddiq (jujur) sehingga beliau diberi gelar Al-Amien (yang sangat dapat dipercaya) dalam masa empat puluh tahun sebelum nabi diangkat menjadi Rasul, beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis serta tidak pernah bergaul dengan ahli baca dan tulis. Dan juga tidak pernah bergaul dengan ahli-ahli lainya. Jadi sangat tidak mungkin Nabi Muhammad yang disebarkanya itu adalah hasil dari belajar dari para ahli, namun itu benar-benar dari Allah SWT. Beliau membawa syara’yang dapat menjamin kebahagiaan seluruh manusia di dunia dan akhirat. Syara’ yang menghapuskan sebagian besar ajaran-ajaran dari Rasul-rasul terdahulu.
Ajakan Rasullulah SAW pada awalnya tidaklah ditanggapi dengan baik oleh masyarakat setempat bahkansampai dijauhi dan diajak debat dengan berbagai hujjah-hujjah serta beliau dimusuhi. Akan tetapi yang haq itu pasti menang dan yang batil pasti kalah.
BAB XV
DAFTAR RINGKAS I’TIKAD AHLUSSUNNAH WALJAMAAH XV
1. Iman ialah meikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati.
2. Iman yang sempurna yaitu meikrarkan dengan lisan,membenarkan dangan hati dan mengerjakan dengan anggota.
3. Tuhan itu ada dan memiliki nama Allah serta memiliki 99 nama Allah.
4. Tuhan memiliki sifat yang banyak sekali,tetapi yang boleh disimpulkan dengan perkataan yaitu,Allah memiliki sifat Jalal(kebesaran),Jamal(keindahan),dan Kamal(kesempurnaan).
5. Sifat Allah yang wajib diketahui oleh sekalian mukmin yang baligh/berakal ada 20 sifat.
6. Allahllah memiliki sifat yang harus baginya.
7. Wujud,artinya Ada,mustahil ia TidaWujud,artinya Ada,mustahil ia TidaWujud,artinya Ada,mustahil ia Tidak Ada.
8. Qidam,artinya tidak bepermulaan ada-nya mustahil ada-nya permulaan.
9. Baqa,artinya tidak ber-kesudahan ada-nya, mustahil ada-nya berkesudahan
10. Mukhalafatuhu ta’ala lilhawaditsi,artinya ia berlainan dengan sekalian makhluk,mustahil iaserupadengan dengan makhluk-nya.
11. Qiyamuhu binafsihi,artinya ia berdiri sendiri,bukan berdiri diatas zat lain,murdiri diatas zat lain,mustahil ia berdiri diatas zat lain
12. Wahdaniyah,artinya ia Esa(satu),mustahil ia banyak.
13. Qudrat,artinya kuasa,mustahil ia tidak berkuasa.
14. Iradat,artiya menenukan sendiri dengan kehendaknya. Mustahil ia dipaksa-paksa.
15. Ilmu artinya ia tahu,mustahil ia tidak tahu.
16. Hayat,artinya hidup,mustahil ia mati.
17. Sama’,artinya mendengar,mustahil baginya tidak mendengar.
18. Bashar,artinya melihat,mustahil baginya buta.
19. Kalam,artinya berkata,mustahil ia bisu.
20. Kaunuhu Qodiran,artinya ia dalam keadaan berkuasa,mustahil ia dalam keadaan tidak berkuasa.
21. Kaunuhu muridan,artinya ia dalam keadaan mempunyai Iradat,mustahil ia dalam keadaan yang tidak mempunyai iradah.
22. Sifat yang wajib bagi Allah hanyalah satu,yaitu ia boleh memperbuat dan boleh pula tidak memperbuat.
23. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai sekalian Rasul-Rasul yang diutus Allah kepada manusia.
24. Setiap orang Islam wajib mempercayai hari akhir(kiamat).
25. Kaum Ahlussunnah mempercayai Qadha dha dan Qaddan Qadar,yaitu takr,yaitu takdir Ilahi.
26. Tuhan bersama nama-nya dan sifat-nya,semuanya qadim,karena nama -nya,semuanya qadim,karena nama dan sifat itudan sifat itu berdiri diatas zat yang qadim. Maka karena itu sekalian sifat Tuhan adalah Qadim berdiri diatas zat yang qadim. Maka karena itu sekalian sifat Tuhan adalah Qadim.
27. Quran al-karim adalah Kalam Allah yang qadim.
28. Rezki sekalian manusia sudah ditakdirkan dalam azal,tidak bertambah dan tidak berkurang,tetapi pada intinya manusia disuruh mencari rezki,disuruh berusaha,tidak boleh menunggu saja.
29. Ajal setiap manusia sudah ditentukan oleh tuhan,tidak terkemudian dan tidak terdahulu walaupun sedetik.
30. Doa orang mukmin memberi manfaat baginya dan bagi yang dido’akan.
31. Ziarah kubur adalah sunnah hukumnya dan apabila dikerjakan mendapatkan pahala.
32. Mengutus Rasul-Rasul adlah suatu karunia Tuhan kepada hambanya,untuk menuju jalan yang lurus.
33. Wajib diketahui dan diyakini oleh seluruh umat Islam bahwa Nabi Muhammad Saw. Lahir di Mekkah.
34. Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul pada saat berumur 40 tahun.
35. Selama 32 tahun ayat al-quran selalu diturunkan kepada rasullulah.
36. Wajib juga diyakini bahwa sahabat nabi yang paling mulia adalah Saidina Abu Bakar.
37. Kaum Ahlussunnah Wal Jam’ah meyakini adanya keramat.
38. Dosa menurut faham Ahlussunnah Wal Jam’ah terbagi 2,yaitu ada dosa besar dan ada pula dosa kecil.
39. Adapun dosa besar itu ialah: Syirik(mempersekutukan Tuhan,ini paling besar),membunuh orang dengan tidak hak,makan riba,mendurhakai orang tua(ibu/bapak),bebuat zina,dll.
BAB XVI
KEADILAN DIDALAM KAITANNYA DENGAN IRADAT
DAN KODRAT ILLAHI
Didalam tesis tentang keadilan illahi itu termasuk tiga permasalahan yang paling pokok, yaitu :
1. Masalah kebajikan dan kebajikan lebih
2. Masalah baik dan buruk
3. Masalah kemauan bebas
Didalam ketiga permasalahan itu aliran Iktizal mengemukakan pokok-pokok pikiran (nazariat teori) yang tidak tertahankan dann tidak tertangkis oleh pihak-pihak luaran tetapi sebaliknya beroleh reaksi sengit dan pihak-pihak sebelah dalam islam sendiri, terutama dari kalangan Ahli Hadist (Al Muhaddistin).
Anda sebagai seorang muslim niscaya meyakini didalam hati bahwa Allah itu maha adil, tetapi pernahkah anda mendalami pengertian Keadilan-Illahi itu dengan teliti dan terperinci?
Jika tidak, maka aliran Iktizal telah membahas permasalahan itu secara terbuka didalam diskusi didepan balai penghadapan Khalif al Makmun, berikutnya bagi menjawa tantangan dan pihak tokoh-tokoh yang bukan muslim. Diskusi itu berjalan secara terbuka dan bebas.
Ibn Nizham (994-1064M), ahli piker dan ahlli sejarah yang oleh dunia barat pada zaman Rennaissance dipanggilkan dengan Alhazem, memungut alas pikiran aliran Iktizal didalam karyanya Al Faslu fil Milal wal Ahwal Wal Nihal jilid III halaman 98 sebagai berikut:
”Seorang yang melakukan kebengisan terhadap seorang lainnya didalam kehidupan alam nyata dipanggil Si Buas. Seorang yang memerintahkan seorang lainnya melakukan suatu perbuatan dan kemudian menyiksanya karna perbuatan itu dipanggil dengan Lalim dan Buas.
Allah itu maha suci untuk disifati Lalim dan Buas. Allah sendiri bersabda “Tuhanku bukanlah lalim bagi hambaNya” (surah Fusshilat 46) : dan “Bukan Kami yang berlaku lalim akan tetapi mereka sendiri berbuat sewenang-wenang terhadap dirinya” (surah al Baqarah 57).
Sejalan dengan alas pikiranitu aliran Iktizal menyimpullkan pendiriannya :
1. Allah mengarahkan makhlukNya kepada suatu tujuan dan berkehendakkan suatu kebajikan senantiasa bagi makhlukNya.
2. Allah tidak berkehendakkan kejahatan, jangankan memerinyahkannya.
3. Allah tidak menciptakan gerak laku hambaNya, baik maupun jahat, tetapi kemauan manusia adalah bebas hingga manusia itu sendiri yang menciptakan gerak lakunya, dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya
Tiga kesimpulan itulah yang telah melahirkan tiga permasalahan yang telah dikemukakan di awal.
Baik dan buruk itu, demikian aliran Iktizal, adalah essensi pada setisp perbuatan. Segala perbuatan yang baik seumpama adil, berani, jujur, santun adalah diri zatnya sendiri baik hingga membuat kita mampu menyatakannya baik setiap kali menyaksikannya dan segala perbuatan yang buruk seumpama lalim, pengecut, curang, kedekut adalah diri zatnya sendiri buruk hingga membuat kita mampu menyatakannya buruk setiap kali menyaksikannya.
Syariat ilahi didalam memerintahkan sesuatu maupun melarang sesuatunya selaras dengan zat yang dimiliki sesuatu itu, yakni zat baik dan zat buruk pada sesuatunya itu. Perintah ilahi supaya memelihara diri dan harta adalah karena zatyang diperintahkan tu memang baik. Larangan ilahi supaya jangan membunuh dan jangan mencuri adalah karena zat yang dilarang itu memang buruk. Syariat ilahi didalam menyatakan baik dan buruk pada segala sesuatunya itu besifat memberitahukan , bukan bersifat menetapkannya. Sedangkan akal bersifat mengenalinya bukan bersifat menentukan. Syariat bukan menetapkan dan akal bukan menentukan, demikian aliran Iktizal, karena zat dan sesuatunya itunbukan disebabkan faktor luaran, akan tetapi karena zatnya sendiri. Akal mengenali sekaliannya itu melalui dua jalan: pertama, tanpa renungan dan penelitian mendalam akan tetapi menangkap dengan mudah bahwa sesuatunya itu baik ataupun buruk, seumpama menolong orang terbenam adalah baik dan menipu adalah buruk. Kedua, memerlukan renungan dan penelitian yang mendalam bagi mengenali baik dan buruk itu.
Soal yang diajukan aliran Iktizal itu menyebabkan lahir garis pendirian bahwa Allah itu senantiasa hanya menghendaki tindak laku kebajikan pada manusia itu ada dan tindak laku kejahatan manusia itu supaya tiada. Itulah inti pada iradat ilahi. Tindak laku yang tidak baik dan jahat tidak dikehendakiNya dan tidak dibenci olehNya. Dengan kata lain : Setiap manusia berkewajiban mematui setiap perintah seumpama solat, zakat, mengesakan Allah dan mengimani rasul serta menghindari setiap larangan seumpama syirik, kufur, fusuq.
Dr. Ahmad Amin didalam dhuhaul islami jilid III cetakan 1964 halaman 52 mengemukakan alas pikiran aliran Iktizal sebagai berikut :
1. Jiklau Allah itu menghendaki kekufuran seorang kafir dan kedurhakaan seorang ‘Ashi sudahtentulah Allah tidak akan melarang kufur dan durhaka itu. Betapa bisa tergambarkan bahwa Allah menghendaki Abu Lahab itu seorang kafir tetapi kemudian memerintahkannya :jangan kufur dan jangan durhaka. Jikalau serupa itu dilakukan seorang manusia niscaya orang itu akan dianggap safiun (bodoh keterlaluan). Sedangkan Allah itu maha suci untuk dinyatakan begitu.
2. Jikalau kekufuran seseorang kafir dan kedurhakaan seorang ‘Ashi itu dikehendaki oleh Allah sudah tentu tidak layak seorang kafir maupun seseorang ‘Ashi itu beroleh siksa.
Pihak aliran Iktizal didalam sekalian permasalahan berikhtiar memahamkan hal-hal yang berkaitan dengan yang Ghaib (Allah) itu dengan jalan memperbandingkannya dengan hal-hal yang bertalian dengan yang nyata (manusia). Lawan aliran Iktizal tidak dapat menerima perbandingan-perbandingan serupa itu. Allah itu punya ukuran-ukuan tersendiri yang berbeda dengan ukuran-ukuran pada manusia. Ukuran-ukuran tersebut tidak akan pernah tercapai dan terpahamkan oleh akal sepanjang hakikatnya, kecuali sekadar kiasan belaka.
Pengertian-pengertian yang kita miliki itu adalah konsepsi kita, yakni konsepsi manusia, hingga pengertian-pengertian itu tidak selamanya dapat dipasangkan terhadap Allah, apalagi jikalau hendak dipasangkan secara mutlak. Alas pikiran itu pada lahirnya benar, tetapi bilamana didalami lebih teliti akan bermakna bahwa manusia itu harus menghentikan berpikir tentang Allah. Hal itu bertentangan dengan tabiat manusiawi, karena hakikat manusia itu adalah berpikir. Apalagi Allah sendiri didalam kitab suci Al-Quran tidak hentnya memerintahkan manusia berpikir tentang alam semesta dan alam kejadian dan alam kehidupan bagi memahamkan Allah.
BAB XVII
LA ILAHA ILLALLAH
PANGKAL TUJUAN PENCIPTAAN
Sesungguhnya La Ilaha Illallahu (tiada tuhan yan patut disembah melainkan Allah) merupakan pangkal dan wujud (penciptaan) makhluk yang pertama, yang besar dan kekal. Allah menciptakan bangsa jin dan manusia semata-mata bertujuan agar supaya mereka meng-esakan Allah dan menyembah kepadaNya. firmanNya : “dan tidak kami mengutus seorang rasul pn sebelum kamu. Melainkan Kami wahyukan kepadanya : “bahwasanya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. (Q.S. 21:25)
Dan diantara inti tauhid adalah memuji kepada Allah yang maha Tinggi maha Agung, maha Luhur dan maha Penyayang. Dengan demikian, kami memuji Allah dzat yang telah menjadikan ketauhidan (peng-esaan) kepadaNya perkara yang pertama dan masalah yang paling besar serta hakekat yang paling kekal abadi. Dari segi petunjuk dalam pembukaan ini ialah sesungguhnya kami adalah umat islam.kami tidak menyembah kepada orang yang tidak dikenal tetapi kami menyembah kepada Tuhan yang telah kami mengenalNya dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya.
Demikian pula, sesungguhnya ilmu yang dijadikan sebagai alat untuk mengetahui dan mengenal Allah yang merupakan ilmu yang besar, paling mulia dan paling berguna itu merupakan manhaj (sistem) yang tauqifiyah. Dan cara memperoleh ilmu dengan manhaj tauqikiyah itu adalah dengan wahyu yaitu, merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada rasulnya dan merupakan sunah rasul dalam mengenalkan kita kepada Allah.
Sesungguhnya Allah telah menginformasikan melalui Qur’an bukti-bukti yang menujukkan ke-RububiyahanNya, cirri-ciri khas ke-UluhiyahanNya dan juga menginformasikan nama-namaNya dan sifat-sifatNya. Sehingga rasulullah pun beriman kepada apa yang diberitakan Allah mengenai kehendakNya sekalian beliau menjelaskan dengan sunnah qauliyah ketauhidan (keesaan Allah) dan kemurnian tauhid yang dikehendaki oleh Allah, kemudian beliau mengajarkan keimanan itu kepada sahabat-sahabatnya.
Keterkaitan secara tematis dan sistematis antara tauhid dan persoalan-persoalan tersebut akan menunjukkan atas:
1. Bahwa tauhid merupakan manhaj (sistem) yang menjadi hakim, yang mana kita wajib memahami setiap pesoalan itu berdasarkan petunjukknya.
2. Sesungguhnya penyimpangan dalam persoalan-persoalan tersebut akan menjurus dan mengakibatkan tauhid yang buruk dan sakit. Hal itu seperti keadilan sahabat, jika kita mencatat kepada keadilan sahabat tersebut maka hal itu akan membawa kita untuk menolak ayat-ayat al Quran yang telah menginformasikan tentang kelebihan dan keadilan para sahabat. Jika kita menolak informasi alQuran berarti kita adalah ateis.
3. Sesungguhnya orang-orang yang berbantah-bantahan dengan kebathilan baik zaman dahulu maupun zaman modern dalam persoalan-persoalan tersebut menandakan aqidah mereka tidak benar.
Pandangan ulama ahlussunnah
a. Imam Abu Hanifah. Orang mukmin yang sejati dann orang kafir yang sejati, ialah orang-orang yang keimanannya tidak ada rasa ragu-ragu. Seperti halnya orang itu dalam kekufurannya tidak dicampuri rasa ragu dan bimbang. Sedangkan orang-orang yang tidak berbuat maksiat diantara ummat Muhammad, mereka semua adalah orang yang beriman sebenar-benarnya, merekan bukan orang-orang kafir.
b. Imam Malik. Imam Malik rahimahullah berkata: “iman itu adalah perktaan dan perbuatan. Iman bisa bertambah dan bekurang dan sebagian iman itu ada yang lebih utama dan ada yang lain. Pada suatu ketika ada seorang bertanya kepada imam Malik: “wahai Abu Abdullah: “Allah itu bersemayam diatas arsy, bagaimana cara Allah itu bersemayam?” jawab beliau: “bersemayam itu merupakan sebuah perkarayang sudah dimengerti. Sedang caranya adalah hal yang tidak bisa dijangkau oleh akal fikran manusia. Menanyakan persoalan itu merupakan bid’ah, mengimani hal tersebut merupakan kewajiban. Beliau juga sering mengemukakan ucapan penyair berikut ini: “dan sebaik-baik agama adalah yang berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw.
c. Imam Syafi’i.Imam Syafi’I rahimahullah berkata: “iman adalah pernyataan dan perbuatan. Iman bisa betambah dan bisa berkurang”. Iman itu mempunyai beberapa keadaan, tingkatan dan kelas. Dintaranya , tingkatan iman itu ada yang paling mencapai puncak kesempurnaan dan ada tingkatan yang paling rendah, dan ada pula yang tingkatan lebih kuat.
d. Imam Ahmad bin Hambal. Imam Ahmad bin Hambal berkata: “menurut kami prinsip-prinsip yang dipegangi oleh ahlu sunnah ialah berpegang teguh terhadap apa yang telah dikerjakan oleh para sahabat Rasulullah saw mengikuti jejak mereka, membuang jauh bid’ah karena bid’ah itu adalah sesat, meninggalkan permusuhan dan tidak berkawan dengan orang-orang yang hanya menuruti hawa nafsu belaka.
0 comments
Post a Comment