Monday, September 10, 2012

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH


I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Banyak sekali kisah-kisah sejarah peradaban islam dari mulai zaman pra isalam, masa nabi, khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, dan Abbasiyah sampai kepada sejarah peradaban Islam di Indonesia.
Sehubung dengan beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu memahami arti penting sejarah peradaban islam bagi umat islam pada saat ini, maka kami ingin menulis kisah sejarah pada saat Dinasti Bani Umayyah memimpin, dari mulai latar belakangnya terbentuknya pemerintahan Umayyah sampai puncak keberhasilannya diberbagai bidang pemerintahan hingga kemunduran yang dialami kepemimpinan Bani Umayyah.
B.  Batasan Masalah
Dari uraian diatas maka perlunya batasan masalah agar pembahasan yang disampaikan tidak keluar dari jalur pembahasan, penulis menyusun batasan masalah sebagai berikut:
1.    Pertumbuhan dan perkembangan pada masa dinasti Bani Umayyah.
2.    Puncak keberhasilan yang dicapai tokoh-tokoh Umayyah.
3.    Faktor kemunduran Bani Umayyah.

C.  Tujuan Makalah
Makalah ini kami buat bertujuan untuk memberi informasi tentang sejarah Bani Umayyah dari mulai pertumbuhan dan perkembangannya sampai pada faktor kemunduran Bani Umyyah.

II PEMBAHASAN

A.      SEJARAH KELAHIRAN BANI UMAWIYAH
Bani Umawiyah atau Kekhalifahan Umawiyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memenrintah dari tahun 661 sampai 750 M di Jazirah Arab. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin’Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umawiyah, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Mu’awiyah I yang menjadi khalifah pada masa dinasti ini. Masa ke-Khalifahan Bani Umawiyah hanya berumur 90 tahun yang dimulai pada masa kekuasaan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang membaiat Hasan bin Ali.[1]
Setelah Hasan bin Ali menjadi Khalifah, Mu’awiyah mempersiapkan diri untuk menyerang Kufah tempat kedudukan Hasan. Persiapan Mu’awiyah itu sampai beritanya kepada Hasan. Oleh sebab itu dia berusaha mengumpulkan bala tentaranya dari penduduk Kufah untuk menyambut kedatangan angkatan perang Mu’awiyah. Tetapi usahanya itu tidak mendapat perhatian. Penduduk Irak tidak mengacuhkan seruan    nya itu, sebagaimana dialami oleh ayahandanya.
Oleh karena itu maka ia mundur ke Madain dengan para pengikutnya. Dari sana ia berdamai dengan Mu’awiyah.
Hasan menyatakan kepada Mu’awiyah, bahwa untuk memelihara darah ummat Islam, ia rela menurunkan dirinya dari kursi khilafah, asal Mu’awiyah mau berjanji takan menghinakan dan mencela nama ayahandanya lagi di atas mimbar serta menyerahkan nanti pangkat khalifah kepada permusyawaratan ummat Islam sesudah Mu’awiyah.[2]
Syarat-syarat perdamaian yang dikemukakan Hasan itu diterima oleh Mu’awiyah dan dia berjanji akan melakukan segala yang tersebut dalam perjanjian itu. Perjanjian damai antara Hasan dan Mu’awiyah ini, tejadi pada tanggal 25 Rabiu; Awwal tahun 41 H.[3]

B.       MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN (41-60 H/661-680)
1.        Kekhalifahan Mu’awiyah
Dia bernama Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin ‘Abs Syams. Dia dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Nabi SAW Hijrah[4]. Pernah ikut bersama-sama orang musyrikin dalam perang Khandaq. Dia melarikan diri bersama-sama orang musyrikin setelah ada angin kencang. Mu’awiyah masuk Islam pada tahun 6 H/627 M, saat terjadi perjanjian Hudaibiyah. Dia menyembunyikan keislamannya dan dia tampakankan keislamannya itu pada tahun 8 H saat terjadi penaklukan Makkah tatkala orang Quraisy beramai-ramai masuk Islam.[5]
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah seorang diplomat Arab yang terkenal, ialah yang ditugaskan oleh Rasulullah SAW. menyampaikan surat beliau kepada kaisar Imperium Romawi (Byzantium), seorang yang beruntung dalam karir politiknya, sehingga dia dapat mencapai kekuasaan dan kedudukan yang amat tinggi yang sebetulnya masih banyak yang lebih pantas darinya. Tabi’atnya yang penyantun lagi sabar menderita atas segala bencana dan celaan membuka jalan baginya dalam mencapai dan melaksanakan cita-citanya.[6]
Mu’awiyah bin Abu Sufyan dapat menduduki kursi Khilafah dengan berbagai cara, yaitu dengan ketajaman mata pedangnya, dengan siasatnya yang halus dan dengan politiknya. Ia tidak mendapat pangkat yang mulia itu dengan ijma’ dan persetujuan ummat Islam melainkan karna siasat politik.[7]
Dengan naiknya Mu’awiyah sebagai Khalifah maka berakhirlah hukum syura (pemilihan dengan hasil suara terbanyak) yang berlaku dizaman Khalifah sebelumnya, yaitu hukum yang menyerupai aturan pemerintahan Republik (jumriyyah) di zaman kita ini. Dan pangkat khalifah menjadi pusaka turun temurun, maka daulat Islampun berubah sifatnya menjadi daulat yang bersifat kerajaan (monarchie).[8]
Kekuasaan Mu’awiyah adalah menggunakan syari’at Islam, dan cocok sekali dengan masa modern. Disatu sisi ia menjadi khalifah, disisi lain menjadi raja dengan keagungannya, ia adalah raja dan khalifahyang kekuasaannya berada ditangannya sendiri, akan tetapi tidak dictator, ia menggunakan kekuasaan dengan cara yang demokratis dengan tetap menjaga kewibawaan dan keagungannya, ia adalah raja yang sekaligus menjadi politikus ulung, disisi lain ia juga mempunyai kekuasaan yang kuat.[9]

2.        Penaklukan di Masa Pemerintahan Mu’awiyah
Penaklukan pada masa pemerintahannya demikian luas dan meliputi dua dront utama.
a.    Wilayah Barat
Wilayah Romawi (Turki). Ketika itu selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi kesana. Maksud dam tujuannya adalah menaklukan Konstatinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50 H/670 M sampai 53-61 H/672-680 M. namun tidak berhasil ditaklukan.
Mu’awiyah membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu dia berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukan pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H/673 M, kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan Ijij dekat Konstatinipel pada tahun 57 H/680 M.[10]
Di Afrika.Benzarat berhasil ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M, Qamniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45 H/665 M, Susat juga ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi’ berhasil menaklukkan Wadan kembali. Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/ 670 M. kur sebuah wilayah di Sudan berhasil pula ditaklukkan. Akhirnya, penaklukkan ini sampai ke wilayah Maghrib Tengah (Aljazair).[11]

b.    Wilayah Timur
Mu’awiyah meluaskan kedaulatan Islam ke negeri-negeri sebelah Timur, hingga sampai negeri Sind (daerah sungai Indus di India). Gubernurnya yang di Khurrasan yaitu Sa’id putera Utsman bin Affan, diperintahkannya untuk menyebrangi sungai Sihon untuk menaklukan Samarkand dan Sughda (Sogdiana) sehingga kedua negeri itu tunduk dibawah kekuasaannya.[12]

3.        Pengangkatan Putera Mahkota
Pada tahun 56 H/676 M Mu’awiyah dengan wibawanya sebagai khalifah bias membawa dewan Syura khilafah untuk memilih puteranya Yazid menjadi calon khalifah pengganti langsung menggantikan dirinya kalau ia mati.[13] Itu berarti dia adalah pemimpin pertama yang melakukan itu dan diapun telah melanggar janjinya kepada Hasan bin Ali, yaitu janji yang telah diikrarkannya, bahwa pangkat sepeninggalannya diserahkan kepada Permusyawaratan Ummat Islam.
Diantara orang yang paling tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Mu’awiyah adalah Husen bin Ali, Abdurrahman bin Abu Bakar, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah ibnuz-Zubair.[14]



4.        Wafatnya
Dia meninggal pada tahun 60 H/679 M, setelah memerintah selama 20 tahun. Masa pemerintahannya dianggap sebagai pemerintahan yang paling baik dalam perjalanan kekuasaan Islam. Keamanan internal terjamin, dan unsur-unsur yang akan melakukan perlawanan terhadapnya selalu mengalami kekalahan. Dia berhasil melalukan penaklukkan-penaklukkan di semua medan dan diwarnai dengan kemenangan- kemenangan.[15]

C.      YAZID BIN MU’AWIYAH (60-64 H/679-683 M)
1.        Kekhalifahan Yazid
Namanya Yazid ibnu Mu’awiyah, ibunya Maisun al Kalbiyah, yaitu seorang padang pasir yang dikawini Mu’awiyah sebelum ia menjadi Khalifah.[16]Yazid tumbuh dalam keadaan serba mewah dan manja. Tatkala ia tumbuh dewasa dia cenderung melakukan hal yang sia-sia dan senang berburu. Ia juga dinilai mempuyai tabi’at yang dinilai tidak baik menurut hukum agama. Oleh karena itu pemerintahannya tidak disukai oleh Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair.[17] Dia menjadi khalifah saat ayahnya meninggal.
Seluruh negeri membaiat dirinya pada masa pemerintahan ayahnya kecuali sejumlah kecil orangdi Madinah. Yazid berusaha untuk memaksa mereka. Maka Umar, Ibnu Abu Bakar dan Ibnu Abbas membaiatnya. Sedangkan Husein dan Abdullah ibnuz-Zubair pergi ke Makkah dan tidak membaiatnya.[18]

2.        Penaklukan-Penaklukan di Masa Pemerintahannya
Pada masa pemerintahannya hanya terjadi penaklukan di Afrika dan tidak melancarkan ekspensi ke tempat lain karna adanya gejolak di dalam negeri. Di Afrika ‘Uqbah bin Nafi melanjutkan penaklukan di wilayah Barat. Dia berhasil menaklukan Maghrib secara keseluruhan. Kemudian melanjutkannya ke Lautan Atlantik. Diriwayatkan bahwa ‘Uqbah naik kesebuah bukit yang berhadapan dengan Lautan Atlantik dan berkata, “Wahai Tuhanku, andai bukan karena halangan lautan ini, pasti aku akan terus berangkat sebagai mujahid di jalanmu. Andaikata aku tahu bahwa setelah lautan ini ada tanah dan manusia, pasti saya akan mengarunginya.[19]

3.        Peristiwa-Peristiwa di Dalam Negeri
a.    Pemberontakan Syiah
Pemberontakan Syiah adalah pemberontakan yang terus-menerus terjadi sepanjang pemerintahan Bani Umawiyah. Penyebabnya adalah karena mereka sangat tidak senang terhadap anak-anak Umayyah tersebut. Maka bertujuan untuk meruntuhkan Umayyah atau bahkan kaum muslimin secara keseluruhan.[20]

b.    Peritiwa Karbala
Sebagian penduduk Irak mengirim Surat kepada Husein bin Ali meminta ia dating ke Kufah. Mereka mengatakan bahwa mereka bersedia memberikan bantuan kepada Husein dalam segala hal yang dihajatkannya. Huseinpun terperdaya dengan bunyi surat itu. Dia lupa akan apa yang telah dilakukan oleh penduduk Irak kepada Ayahandanya  Ali bin Abi Thalib dan saudara kandungnya Hasan bin Ali. Dengan pengiring yang jumlahnya tidak lebih dari 80 orang, ia berangkat menuju Kufah. Akan tetapi ketika ia sampai di Karbala, ia bertemu dengan tentara Yazid yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziad.[21]
Pada saat itu Ubaidillah menawari Husein dengan dua pilihan menyerah atau perang. Ternyata Husein memilih perang. Maka terjadilah perang yang sengit.[22] Dan pada saat itupun Husein sadar bahwa ia sudah ditipu. Husein dan sahabat-sahabatnya berperang mati-matian hingga akhirnya terbunuh beserta sahabat dan pengikutnya serta sebagian keluarganya. Kemudian kepala Husein dan keluarganya dibawa kepada Yazid di Damaskus.[23]
Sekalipun Yazid orang yang dzalim, tetapi kematian Husein yang mengerikan itu menyedihkan hatinya, karena ayahandanya (Mu’awiyah) berwasiat kepadanya, bahwa jika nanti terjadi perselisihan dengan Husein dan ia bisa menundukan Husein bin Ali, ia harus memaafkan dan menghormatinya. Tapi kini apa boleh buat, ia hanya bisa memberikan kemurahan hatinya kepada putera-putera Husein dan kaum keluarganya, mereka itu dikirimkannya ke Hijaz dengan segala penghormatan dan kemuliaan.[24]

c.    Peristiwa Hurrah dan Penghalalan Madinah (Dzulhijjah 63 H/683 M)
Kabar tentang tragedi Karbela ini sampai ke kota Madinah. Maka, saat itu Abdullah ibnuz-Zubair mengumumkan pencopotan Yazid dari kekhalifahan dan dia membaiat dirinya sendiri sebagai khalifah. Penduduk Madinah membaiatnya.
Mendengar berita itu, Yazid segera mengirimkan pasukan ke Madinah setelah sebelumnya tidak menjadi focus perhatiannya. Dia menghalakan pertumpahan darah di Madinah dengan membunuh ratusan sahabat dan anak-anak mereka hingga Madinah takluk.
Pasukan Yazid melanjutkan serangannya ke Makkah, tempat Abdullah ibnuz-Zubair melarikan diri. Maka, Makkah dikepung dan Baitullah dilempar dengan manjanjiq dan dibakar dengan api. Yazid meninggal saat terjadi pengepunga kota Makkah sehingga pasukan Yazid menarik diri ke Syam.[25]

4.        Wafatnya
Dia meninggal pada bula Rabiul Awwal tahun 64 H/683 M. masa pemerintahannya berlangsung selama empat tahun.


D.      MU’AWIYAH BIN YAZID (64 H/683 M)
Sebelum Yazid meninggal dunia ia telah berwasiat supaya puteranya Mu’awiyah bin Yazid diangkat menggantikan dia menjadi Khalifah, menurut cara yang telah dilakukan oleh ayandanya Mu’awiyah bin Abu Sufyan.[26]
Masa pemerintahannya sangatlah pendek. Kemudian dia mengundurkan diri karena sakit dan fisiknya lemah. Dia menyendiri dirumah hingga dia meninggal setelah 3 bulan.[27]

E.       ABDUL MALIK BIN MARWAN (73-86 H/692-685)
1.        Kekhalifahan Abdul Malik
Dia bernama Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil bin Ash bin Umayyah. Dia diangkat sebagai Gubernur Madinah oleh Mu’awiyah pada saat umurnya baru 16 tahun. Sebelum menjadi khalifah dia dikenal sebagai sosok yang zuhud dan fakih, dan dianggap sebagai salah seorang ulama Madinah. Dia ikut terlibat dalam penaklukan-penaklukan yang terjadi di Afrika pa tahun 41-45 H.[28]
Abdul Malik menjadi khalifah setelah ayahnya Marwan bin Hakam meninggal pada tahun 65 H/684 M. pada saat itu khalifah yang legal adalah Abdullah ibnuz-Zubair. Kemudian dia berhasil mengambil Irak dari tangan Abdullah ibnuz-Zubair dan menaklukkan Hijaz secara keseluruhan. Setelah Abdullah ibnuz-Zubair terbunuh, maka dia dibaiat oleh seluruh masyarakat muslim. Dia menjadi khalifah sejak tahun 73 H/692 M. keadaan negara aman berada ditangannya.
Abdul Malik dianggap sebagai “pendiri kedua” pemerintahan Bani Umawiyah. Dia menjadi khalifah saat dunia Islam terpecah-pecah. Dengan kebijakan dan siasatnya, dia berhasil menjadikan negeri-negeri itu tunduk di bawah pemerintahannya dan berhasil membungkam semua pemberontak dan pembangkang.[29]
Banyak terjadi perbaikan yang dilakukan oleh Khalifah Abdul Malik yaitu ;[30]
Ø  Perbaikan administrasi daulah
Ø  Memperbaiki pos intelejen
Ø  Membentuk Mahkamah Agung
Ø  Mendirikan bangunan yang megah

2.        Peristiwa-Peristiwa Penting di Masanya
a.    Pemberontakan Abdur Rahman ibnul-asy’ats
Hajjaj yang saat itu menjadi Gubernur Irak menugasi Abdur Rahman untuk melakukan penyerangan ke negeri Turki pada tahun 81 H. dan dia berhasil mencapai banyak kemenangan-kemenangan. Kemudian dia menyatakan perkembangannya kepada Hajja dan Abdul Malik.
Lalu, dia memerangi Hajjaj dan berhasil menjadikan Irak dibawah kekuasaannya. Setelah itu wilayah timur berhasil dibawah kekuasaannya kecuali Khurasan. Di sana terjadi perang antara dia dan pendukung pemerintahan Umawiyah.
Akhirnya, dia kalah dan melarikan diri pada tahun 82 H lalu dibunuh pada tahun 85 H/704 M.[31]

b.    Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi
Dia adalah orang yang terkenal diantara orang dekat Abdul Malik dan sekaligus gebernur yang paling masyhur dalam sejarah. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat politis, cerdas, keras, dan sekaligus kejam baik saat ia berada dalam keadaan yang hak dan tidak hak. Dia termasuk salah seorang pentolan yang memerangi Mush’ab ibnuz-Zubair yang kemudian menjadikan Irak berada dibawah kekuasaan Bani Umawiyah. Setelah itu dia diperintahkan oleh Abdul Malik untuk memerangi Abdullah ibnuz-Zubair untuk menaklukan Hijaz. Dia berhasil menaklukkannya dan membunuh Abdullah ibnuz-Zubair. Sejak itulah dia menjadi Gubernur Hijaz.
Tatkala krisis di Irak, maka Abdul Malik mengangkatnya sebagai gubernur. Hajjaj menggunakan segala cara kekerasan dan kekejaman untuk melawan orang-orang Irak hingga akhirnya Irak menjadi stabil. Pengaruhnya meliputi semua kawasan timur secara keseluruhan. Dia memeiliki peran yang sangat besar dalam melapangkan rintangan yang dihadapi oleh pemerintahan Bani Umawiyah. Kekerasannya seakan menjadi suatu kepastian yang harus dia lakukan demi tercapainya keamanan dan kedamaian.[32]

c.    Kaum Khawarij
Sesudah Abdul Malik membersihkan Syam dan Palestina dari kaum pemberontak, ia tidak ragu lagi untuk mengarahkan pasukannya ke daerah Masyriq (daerah-daerah sebelah timur). Untuk ini panglima terkenalnya kembali diperintahkan yaitu Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Ia segera berangkat ke Kufah, di dalam masjidnya ia berpidato dengan suara yang keras dan membanggakan dirinya, menyatakan keras perintahnya atas rakyat yang keras kepala. Dari sana ia terus ke Basrah, dan dinegeri ini ia melakukan hal yang sama seperti di Kufah. Kemudian ia membantu Mahlab bin Abi Sufrah membersihkan Irak dan Persia dari Kaum Khawarij.[33]

3.        Wafatnya
Dia meninggal pada tahun 86 H/705 M. dengan demekian, dia memerintah selama 13 tahun.[34]
Dia pernah berwasiat agar setelah ia mati, yang akan menggantikannya sebagai khalifah adalah Abdul Aziz, saudaranya sendiri. Akan tetapi Abdul Aziz sudah terlebih dahulu meninggal. Maka Abdul Malik mengangkat dua orang puteranya menjadi Putera Mahkota, yaitu al-Walid dan Sulaiman.
Ahli sejarah memberi gelar Abdul Malik dengan Sebutan ‘Abul Muluk’, artinya ayahanda para raja, karena keempat orang dari puteranya menjadi khalifah, yaitu al-Walid, Sulaiman, Yazid dan Hisyam.[35]

F.       WALID BIN ABDUL MALIK (86-96 H/705-714 M)
1.        Kekhalifahan Walid
Namanya Walid ibnu Abdil Malik, ia dilahirkan Pada Tahun 50 H. Tumbuh dengan semua kemewahan. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. Menurut riwayat, ayahnya Abdul Malik pernah berkata : “Cinta kasih kami kepada Walid telah membahayakan dirinya, sebab kami tidak mau mengirimkannya ke padang pasir”. Pada hal padang pasir adalah merupakan sekolah yang terbaik bagi orang-orang yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan fasih. Tetapi ayahnya (Abdul Malik), tidak membiarkan Walid dengan masalahnya tersebut, bahkan dengan tegasnya ia berkata : “Yang dapat memimpin bangsa Arab hanyalah orang yang baik dalam bahasanya”. Oleh sebab itu Waid lalu mengumpulkan ulama-ulama nahwu, lalu ia belajar kepada mereka dengan rajinnya.[36]
Dia memulai kekuasaannya dengan membangun Masjid Jami’ di Damaskus. Pembangunan ini selesai bersamaan dengan berakhirnya masa pemerintahannya (10 tahun). Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah. Dia juga membangun Qubbatu Shakrah dan memperluas Masjid Nabawi. Di samping itu, dia juga melakukan pembangunan fisik dalam skala besar.[37]
Kondisi keamanan pada saat dia memerintah sangat stabil di seluruh negeri. Khawarij tidak lagi memiliki gigi pergerakan. Tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahannya. Masa pemerintahannya sangat sejahtera, aman dan stabil.


2.        Penaklukan di Masa Pemerintahan Walid
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas. Penaklukan ini meliputi banyak kawasan: kawasan timur, Maghrib Andalusia dan Perancis.[38]

a.    Daerah Timur
Laskar al-Walid yang dipimpin oleh panglima Qutibah bin Muslim telah sampai ke seberang sungai Jihon dan sungai Sihon, menaklukan negeri Bukhara dan Samarkand, yaitu dua negeri yang terletak di Asia Tengah dqm mayoritas bangsanya dari bangsa Turki.[39]

b.    Daerah Barat
Panglima pasukan Islam Maslamah bin Abdul Malik sampai di daerah Amuriyah (dekat Ankara) dan Hiraqlah salah satu wilayah Romawi, lalu berhasil menaklukkannya pada tahun 89 H/707 M. Kaum muslimin berhasil mencapai Teluk Konstatinopel. Mereka juga menyerang Azarbaijan yang penduduknya selalu melanggar kesepakatan yang mereka lakukan. Dikawasan ini terjadi banyak peperangan pada tahun 93 H/711 M.
Laut Tengah. Pasukan Islam berhasil menaklukkan kepulauan Sisilia dan Merovits pada tahun 89 H/707 M.
Afrika. Musa bin Nushair melakukan penalukan disana kemudian dia menyebarkan Islam dikalangan orang Barbar.
Penaklukan Andalusia. Panglima ka    um muslimin Musa bin Nushair bertekad untuk menyeberangi selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa. Tujuannya untuk menybarkan Islam di Eropa dan memasukkannya menjadi bagian dari pemerintahan Islam. Maka, dia memberangkatkan panglima Islam asal Barbar yang bernama Thariq bin Ziyad ke Andalusia melalui laut.[40]

Sebelum menyabrang ke daratan Eropa tersebut Thariq bin Ziad beserta laskarnya mempersiapkan diri di lereng sebuah gunung, yang sekarang dekenal dengan nama pemimpin itu yaitu Jabal Thariq (Gunung Thariq), yang juga biasa disebut Giblatar, Selat yang diseberangipun dinamai dengan nama serupa.[41]
Dikisahkan bahwa Musa membakar kapal-kapal perangnya dengan tujuan untuk memupas semua harapan semua harapan pasukannya untuk balik kembali ke Afirika atau melarikan diri. Di menyampaikan suatu pidatonya yang sangat terkenal dengan mengatakan,”Wahai manusia,kemana lagi kita akan melarikan diri lautan berada di belakang kalian. Tidak ada pilihan bagi sekalian kecuali jujur pada diri sendiri dan saba.’’ Setelah itu dia terjun dalam peperangan yang sangat sengit.Di antara perang yang paling terkenal adalah perang lembah Lakah di mana dia berhasil mengalakan goth dan membunuh raja mereka, ludzrig. Andalusia berhasil ditaklukan pada tahun 92 H/710 M. Kemudian Thariq dan Musa sampai ke pegunungan  Beranes dan berhasil menaklukan semua wilayah itu kecuali jaliqiyah.

3.        Wafatnya Walid
Dia wafat pada tahun 96 H/ 714 M. Dan memerintah selama sepuluh tahun.[42]
G.      SULAIMAN BIN ABDUL MALIK ( 96-99 H/714-717 M )
Dia bernama Sulaiman bin abdul Malik bin Marwan. Sebelum menjadi khalifah bedasarkan wasiat ayahnya, dia menjadi gubernur di Ramalah. Ayahnya Abdul Malik telah mewasiatkan agar anaknya Walid dan Sulaiman menjadi khalifah sesudahnya.[43]

1.      KekhalifahanSulaiman
       Takkala duduk sebagai Khalifah, dia memerintahkan semua jajaran dan rakyatnya untuk melakukan shalat tepat pada waktunya di mana sebelum di lahirkan hingga ke akhir waktunya. Di awal pemerintahannya diwarnai dengan aksi balas dendam terhadap dari pemimpin-pemimpin besar yang pernah ada dalam sejarah.
       Para pemimpin itu sebelumnya telah sepakat dengan saudaranya,Walid,untuk menurunkan sulaiman dari kedudukan sebagai putra mahkota dan menggantikan dengan anaknya. Mereka yang setuju itu adalah Muhammad bin Qasim ats-Tsaqapi dan Qutaibah bin muslim. Untuk tugas ini dia memerintahkan Hajjaj untuk menumpas mereka dan menyingkirkan panglima islam Musa bin Nushair.

2.        Penaklukan di Masa Pemerintahannya
       Penaklukan di masa pemerintahannya sangatlah terbatas. Dikawasan barat dia menyerang Konstantinopel melalui darat dan laut. Penyerangan ini di pimpin oleh maslamah bin abdul Malik. Maslamah terus tinggal di tempat itu dan bersumpah untuk tidak kembali sebelum dia berhasil menaklukan Konstantinopel. Maslamah meninggal pada saat melakukan pengepungan koya ini pada tahun 99 H /717M.
       Sedangkan di kawasan lainyazid bin muhallab berhasil menaklukan Jurjan dan Thibritas pada tahun 98H/716 M.[44]

3.        Wafatnya
        Dia meninggal pada tahun 99 H/717 M.[45]
                  
H.      UMAR BIN ABDUL AZIZ (99-101 H/717-719 M )  
       Kini kita berada dihadapan lembaran sejarah islam yang sangat indah. Satu lembaran yang menghubungkan sejarah Abu bakar dan Umar ibnul-khaththab yang pernah terputus. Sangat mungkin bagi kita untuk mengatakan bahwa masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz,     walaupun hanya berumur pendek, merupakan pemerintahan yang memiliki cirinya sendiri. Juga pemerintahan yang memiliki karakteristikislam yang sangat khusus yang sama sekali berbeda dengan pemerintahan bani Umawiyah secara keseluruhan.[46]
Dia bernama Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin hakam. Ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim bin Umar inul-khaththab. Sebelum menjadi khalifah, dia adalah penguasa di madinah dan tenggelam dalam kemewahan yang biasa dilakukan oleh bani Umayah.
1.        Kekhalifahan Umar
       Dia menjadi khalifah berdasarkan wasiat pamanya, Sulaiman bin Abdul malik, tanpa sepengetahuannya. Umarbin abdul aziz tidak pernah berusaha untuk menduduki kursi khalifah. Setelah menjadi khalifah terjadi sebuah perubahan yang sangat drastis pada dirinya. Dia meninggalkan semua cara hidup bermewah-mewahan dan menjadi seorang yang zahid dan abid. Dia selalu memperlakukan cara hidup yang ketat terhadap diri dan keluarganya.
       Umar bin Abdul azis mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya ke baitul Mal. Demikian pula dengan berlian dan harta yang ada pada istrinya dikembalikan ke baitulMal.
       Masa pemrintahannya diwarnai dengan banyak reformasi dan dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru, dan membangun masjid-masjid.[47]
                       
2.        Penaklukan di Masa pemerintahannya
Pengepungan Konstantinopel terhenti dan dia memerintahkan agar pasukan Islam ditarik mundur. Sementara itu, penyerangan terus dilakukan pada pasukan romawi yang berada di turki. Pasukan islam melakukan penyerangan terus keperancis dengan menyeberang pegunungan branes. Mereka ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulon sebuah sebuah wilayah Perancis. Namun, kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di perancis.
3.Peristiwa-peristiwa Penting di Zamannya  
Masa pemerintahan Umar bin abdul azis terhitung pendek. Pada masa pemerintahannya tidak terjadi konflik internal yang menjol. Sampai-sampai orang-orang Khawarij menghentikan semua gerakan revolusionernya dan mendatangi Umar untuk melakukan dialog terbuka. Bahkan, banyak di antara mereka yang kembali ke jalan yang benar bersama Umar bin abdul Azis.

4.Mulainya Gerakan untuk Mendirikan Pemerintahannya Abbasiyah
Kelompok Kaisaniyah (Syiah Rafidhah mengatakan bahwa imamah berada di tangan Muhammad bin Ali bin Abi Thalib (Ibnul Hanafiyah). Kemudian mereka menyerukan bahwa setelah itu imamah adalah milik sah Abu Hasyim yang dengan keras mengeritik pemerintahan Umawiyah.
Sebelum meninggal, dia meminta Kepada anak pamannya Muhammad bin Ali bin Abdullah ibnul-Abbas yang bermukim di Hamimah Yordania untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkannya untuk Ahli Bait Rasulullah, Sejak itulah, tahun 100 H/718 M. Dia mulai merancang rencana ini dengan serius.  

5.Wafatnya
Dia meninggal pada bulan rajab 101 H/719 M. Dia memerintah selama dua tahun lima bulan. Pemerintahannya adalah sebuah nikmat bagi kaum muuslimin dan islam.
I.YAZID BIN ABDUL MALIK (101-105 H/719-723 M)
Dia bernama Yazid bin Abdul Malik bin Marwan, tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja membuatnya tidak merasakan nilai dan harga kekuasaan dan tidak sama sekali merasakan jerih payahnya. Dia menjadi penguasa setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan dari saudaranya yang bernama sulaiman.[48]


1.      Penaklukan-penaklukan di masa pemerintahannya.
Armenia dan lan diserang kembali. Namun kaum muslimin mengalami kekalahan dan mundur kesebelah selatan perancis pada tahun 102 H/720 M. Penyerangan juga dilakukan disisilia dan shaghd pada tahun 104 H/722 M.
2.        Peristiwa-peristiwa penting pada masa pemerintahannya.
Khawarij melancarkan gerakannya dibawah komando syawdzab. Mereka mampu mengalahkan pasukan umawiyah dalam beberapa kali peperangan hingga akhirnya mereka dihancurkan terutama sekali panglimanya syawdzab.
Diantara peristiwa yang paling pentingdi zamannya adalah pemberontakan Yazid bin Muhallab bin Abi Shafrag yang terjadi di irak negeri yang tidak pernah sepi dari pemberontakan. Yazid bin Abdul Malik berhasil memenangkan pertempuran dan berhasil membunuh Yazid bin Muhallab.
3.        Wafatnya
Yazid meninggal pada tahun 105 H/733 M. dan memerintah selama empat tahun.[49]
J.HISYAM BIN ABDUL MALIK (105-125 H/723-742 M)
Dia bernama Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Hisyam menjadi khalifah sesuai dengan pesan dan wasiat saudaranya Yazid. Dia pernah menugaskan anak-anaknya untuk berjihad di negeri Romawi. Pemerintahannya dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota Rashafah dan membereskan tata administrasi.
Hisyam dikenal sangat dalam berbagai perkara dan sangat sabar. Dia sangat membenci pertumpahan darah, namun dia di kenal sangat kikir dan pelit.[50]
1.        Penaklukan-penaklukan pada Masa Pemerintahannya
Jihad terus berlangsung namun tidak ada penaklukan baru. Di Perancis panglima Abdur Rahman al-Ghafiqi terus maju dengan pasukannya hingga dia sampai ke tengah-tengah Perancis. Ini membuat orang-orang Perancis ketakutan, sebagaimana hal ini juga telah menimbulkan perasaan takut yang sangat dahsyat di kalangan orang Keristen di Eropa. Maka, Mereka segera berhimpun di bawah komando Charlemagne.
Kemudian terjadilah sebuah peperangan yang sangat sengit di Poitiers yang kemudian di kenal dengan Perang “ Bilath Syuhada”. Pada petempuran ini Ghafiqi mati sebagai syahid Pasukan islam kembali di tarik ke selatan Perancis pada tahun  114 H/732 M. peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.[51]

2.        Peristiwa-peristiwa di Zaman pemerintahannya
Terjadi pemberontakan Zaid bin Ali bin Husen pada masa pemerintahannya. Dia melakukan pemberontakan terhadap Bani Umayyah du Kufah pada tahun 121 H/738 M. Namun, orang-orang kufah, sebagaimana biasa, menghianatinya. Maka, dia pun berperang dengan tekat yang penuh hingga akhirnya meninggal pada tahun 122 H/739 M. Setelah itu anaknya menaklukan pemberontakan di balkh khurasan. Dia dibunuh oleh orang-orang umawi pada tahun 125H/742 M. kelompok Syiah Zaidiyah menisbatkan dirinya kepada zaid bin Ali dan anaknya yahya.[52]

3.        Seruan Kepada Membangun Pemerintahan Abbasi
Seruan dan gerakan untuk membangun pemerintahan Bani Abbas semakin pada masa ini sebagai kufah sebagai  sentralnya dan menyebrang Khurasan. Sedangkan, Bani umayyah selalu mengintai gerakan mereka dan membunuhnya.
Penyeru utama gerakan untuk membangun pemerintah Bani abbasi adalah Muhammad bin ali bin Abdullah ibnul-Abbas. Ia meninggal pada tahun 124/741 M.kemudian di gantikan oleh anaknya ibrahim. Pada masa ini muncul gerakan abu Muslim Khurasani, salah seorang penyeru pendirian pemerintahan bani abbasi.[53]

4.        Wafatnya Hisyam Bin Abdul Malik
Dia meninggal pada tahun 125H/742 M. Pemerintahannya berlangsung selama dua puluh tahun. Pada masa pemerintahannya negara mengalami kemorosotan dan melemah. Ini semua terjadi karena adanya fanatisme antara orang-orang Arab Utara, secara khusus Khurasan. Inilah yang membuat orang-orang Syiah mendapatkan kemenangan-kemenangan baru dikawasan tersebut.[54]           
K.   WALID BIN YAZID BIN ABDUL MALIK (125-126 H/742-743 M)
1.    Kekhalifahan Walid
       Dia menjadi khalifah berdasarkan wasiat pamannya, Hisyam bin Abdul Malik. Di kenal sebagai sosok yang menuruti hawa nafsunya dan tindakan-tindakan yang tidak pantas. Sehingga, banyak manusia yang jengkel terhadapnya dan secara diam-diam mereka membaiat sepupunya yang bernama Yazid bin Walid yang di kenal sebaagai sosok yang soleh.
Maka Yazid menyerukan agar Walid di copot saat dia tidak berada di tempatnya kemudian dia mengirimkan sejumlah pasukan pada Walid bin Yazid dan membunuhnya pada tahun 126/H/743 M. Walid berkuasa selama setahun 3 bulan.
                              
L.YAZID BIN WALID BIN ABDUL MALIK (126 H/743 M)
 Dia dilantik sebagai khalifah setelah sepupunya yang bermental rusak Walid bin Yazid terbunuh pada tahun 126 H.Masa pemerintahan yang sangat pendek dan penuh dengan gejolak. Dia sama sekali tidak menikmati masa kekuasaannya walau sehari.
Gejolak dan pemberontakan muncul di mana-mana. Tidak ada satu tunggal di kalanggan Bani Marwan. Orang-orang Hismh memberontak, disusul oleh penduduk Palestina. Pemberontakan ini berhasil dia taklukan. Setelah itu muncul konflik antara orang-orang Qaisiyyyah dan Yamaniyah terutama di Khurasan.
Dia meninggal akibat penyakit tha’un pada tahun 126 H/ 743 H. Setelah memerintah selama enam bulan.
M. IBRAHIM BIN WALID BIN ABDUL MALIK (127 H./744 M.)
Dia menjadi khalifah setelah kakaknya Yazid. Saat itulah marwan bin Muhamad bin marwan melakukan pemberontakan yang menyatakan melakukan balas dendam atas kematian Walid bin Yazid dan menyerukan untuk membaiat kedua anak Walid bin Yazid yang kemudian dibunuh Ibrahim didalam penjara. Marwan sampai Damaskus dan ibrahim melarikan diri. Pemerintahannya hanya berumur 70 hari saja. Setelah Marwan bin Muhammad naik tahta.
N. MARWAN BIN MUHAMMAD (127-132 H/744-749 M) DAN RUNTUHNYA PERMERINTAHAN UMAWIYAH
1. Kehidupannya
Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam diberi gelar “Himar” karena sangat aktif dan pemberani dalamm berperang. Dia melakukan penyerangan ke negeri Romawi pada tahun 105 H / 723 M dan mampu menaklukan kota Konya saat menjabat sebagai penguasa Armenia dan Azarbaijan.[55]
2.        Masa Pemerintahannya
Dibaiat sebagai khalifah setelah dia memasuki Damaskus dan setelah ibrahim melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M.

3.        Peristiwa-peristiwa Pada Masa Pemerintahannya
Masa pemerintahannya ditandai dengan banyaknya konflik dan instabilitas hingga akhirnya pemerintahannya Umawiyah jatuh dan runtuh.
a.       Kaum Khawarij
Kekuatan mereka semakin bertambah kuat di Irak dan mampu mengauasai kota. Mereka juga melakukan pemberontakan di Khurasan, namun berhasil ditumpas.

b.      Runtuhnya Pemerintahan Bani Umawiyah dan berdirinya pemerintahan Bani Abbasiyah
Gerakan untuk mendirikan pemerintahan bani abbasiyah semakin kuat. Pada tahun 129 H/446 m mereka memproklamirkan berdirinya pemerintahan Abbasiyah. Namun, Marwan menangkap pemimpinnya yang bernama Ibrahim lalu dibunuh.
Setelah dibunuh, puncak gerakan diambil alih seorang saudaranya yang bernama Abul Abbas as-saffah yang berangkat bersama-sama dengan keluarganya menuju kufah. Kemudian dia dibaiat sebagai khalifah di Kufah pada tahun132 H/749 M. Bani Abbasiyah berhasil menaklukan Khurasan dan irak.
Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Abbasiyah dengan pasukan marwan bin Muhammad di sungai Zab (antara Mosul dan Arbil). Marwan dan pasukannya kalah dalam peperangan yang terjadi pada 131 H/748 M. Pasukannya lari keberbagai penjuru hingga akhirnya dia dibunuh oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H/749 M.
Dengan kematiannya, maka hancurlah pemerintahan Bani Umawiyah dan berdirilah pemerintahan Bani Abbasiyah.[56]









III. ANALISA

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, kami dapat menganalisa tentang masa kepemimpinan Dinasti Bani Umayyah dengan kepemimpinan pada zaman sekarang.
Pada masa kepemimpinan Dinasti Bani Umayyah begitu banyak membawa perubahan bagi islam. Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayah, pemerintahan yang dulunya bersifat demokratis akhirnya berubah menjadi monarki heridetis (kerajaan yang turun – temurun) hal ini dimulai ketika Muawiyah mewajibkan suluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anaknya Yazid. Muawiyah dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang kuat, ia mejadi landasan kepemimpinan, politikus, serta prefesional dalam mengatur administrasi pemerintahan. Semua ini terlihat peran-peranya yang pernah dilakukan semenjak zaman Rasulullah. Masa kepemimpinan Dinasti Bani Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifahnya. Sistem pemerintahan yang menonjol adalah feodal atau turun-temurun
Bisa kita ambil pelajaran dari sejarah Bani Umayyah bawasanya dalam pemerintaha monarki itu tidak bisa menyalurkan aspirasi rakyatnya, sehingga akan timbul pemberontaka-pemberontaka mengakibatkan kesetabilitas suatu negara terganggu sebagai contoh adalah negara libya, yang cara pemerintahannya monarki. Kita lihat sekarang jatuhnya pemerintahannya tidak berbeda pada zaman pemerintahan Bani Umayyah.
Jadi bisa kita simpulkan bawasannya dalam menjalankan suatu roda pemerintahan haruslah melihat aspirasi rakyat yang dipimpinnya.



IV. Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan diatas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa jatuhnya Bani Umayah disebabkan karena beberapa faktor. Antara lain:
1.      Latar belakang terbentuknya Bani Umayah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi pada masa Ali. Sisa-sisa Syiah dan Khowarij terus menjadi gerakan oposisi.
2.      Sistem pergantian kholifah yang melalui garis keturunan lebih menekankan aspek senioritas pengaturan tidak jelas sehingga terjadi persaingan tidak sehat dikalangan istana.
3.      Sikap hidup mewah dilingkungan istana yang mengakibatkan lemahnya pemerintahan.
4.      Munculnya kekuatan baru yang dipelopori Al-Abas Ibnu Mutholib yang mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, golongan Syiah dan kaum Mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani.
5.      Para khalifah pada masa Dinasti Umawiyah :
Ø  Mua’wiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-779 M)
Ø  Yazid bin Mu’awiyah (60-64 H/679-779 M)
Ø  Mu’awiyah II bin Yazid (64 H/683 M)
Ø  Abdul Malik bin Marwan (73-86 H/692-705 M)
Ø  Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-714 M)
Ø  Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/714-717)
Ø  Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-719 M)
Ø  Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/719-723 M)
Ø  Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/723-742 M)
Ø  Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H/742-743 M)
Ø  Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126 H/743 M)
Ø  Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (127 H/744 M)
Ø  Marwan Bin Muhammad (127-132 H/744-749 M)
DAFTAR  PUSTAKA
Pondok Modern Darussalam Gontor, Tarikh Islam, Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo
Syalabi A., Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 2, PT. Al Husna Zikra, Jakarta
al-‘Usairy Ahmad, Sejarah Islam,Akbar Media Eka Sarana, Jakarta
Yusuf al-‘Isy, Sejarah Dinasti Umawiyah, Pustaka al-Kautsar, Jakarta
al-Maududi Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan, Penerbit Mizan, Bandung
http:id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah.



[1]http:id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah.7 11 2011, 21:23
[2] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 63
[3]Ibid, hal. 64
[4] A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 2, (Jakarta; PT. Al Husna Zikra, 2000) cet. IV, hal. 30  
[5] Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta; Akbar Media Eka Sarana, 2006) cet. VI, hal. 186
[6] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 69
[7]Ibid, hal. 68
[8]Ibid
[9] Yusuf al-‘Isy, Sejarah Dinasti Umawiyah, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar, 2007) Cet. I, hal 168
[10]  Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 188-189
[11]Ibid, hal. 189
[12] Pondok Modern Darussalam Gontor, Loc. Cit.
[13]Ibid, hal. 71
[14] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 191
[15]Ibid
[16] A. Syalabi, Op. cit, hal. 49
[17] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 72
[18] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 192
[19]Ibid
[20]Ibid
[21] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 73
[22] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 193
[23]Ibid
[24] Pondok Modern Darussalam Gontor, Loc. Cit.
[25] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 193-194
[26] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 75 
[27] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 194
[28]Ibid, hal. 197
[29]Ibid
[30] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 80-81
[31] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 197
[32]Ibid, hal. 199
[33] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 79
[34] Ahmad al-‘Usairy, Loc. Cit.
[35] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 81
[36] A. Syalabi, Op. cit, hal. 89
[37] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 200
[38]Ibid
[39] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 83
[40] Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 201
[41] Pondok Modern Darussalam Gontor, Op. cit, hal. 84
[42]Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. Hal. 203
[43]A. Syalabi, Op. cit, hal. 94 
[44]Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 203
[45]Ibid
[46]Ahmad al-‘Usairy, Op. cit. hal. 204 
[47]Ibid
[48]A. Syalabi, Op. cit, hal. 136
[49]Ahmad al-‘Usairy, Op. Cit, hal. 207
[50]A. Syalabi, Op. cit, hal. 124
[51]Ahmad al-‘Usairy, Op. Cit, hal. 208
[52]Ibid
[53]Ibid
[54]Ibid, hal. 209
[55]Ibid, hal. 211
[56]Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung; Penerbit Mizan, 1996) Cet. VI, hal. 247

0 comments

Post a Comment