Sunday, September 2, 2012

Adab Ketika Makan dan Berkumpul dalam Pertemuan

Bab I : Pendahuluan
            Dalam kehidupan sehari-hari tentulah sebagai umat manusia yang notabennya adalah makhluk hidup memerlukan asupan makanan ataupun minuman untuk tetap bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan makanan ataupun minuman, sebagai Islam mengharuskan pemeluknya untuk memakan makanan yang halal lagi baik. Baik halal dari makanan istu sendiri ataupun cara mendapatkannya, dan baik bagi tubuh manusia.
            Selain harus memakan makanan yang halal lagi baik, cara makanpun dalam Islam telah diberi tuntunan oleh Nabi Muhammmad SAW.  Yang mana itu semua demi kemaslahatan manusia sendiri. Karena pada dasarnya ajaran Islam itu diperuntukkan untuk kehidupan manusia agar pada jalan yang baik bagi manusia itu sendiri.
            Selain sebagai makhluk yang konsumtif manusia juga sebagai makhluk sosial yang mana tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan bantuan ataupun berinteraksi dengan manusia lainnya.
Dalam berkumpul, Islam juga telah mengatur agar kehidupan manusia ini sebagai makhluk sosial berjalan dengan baik.
            Beberapa adab ketika makan dan berkumpul dalam pertemuan akan di bahas dalam makalah ini dengan merujuk pada riwayat-riwayat yang telah ada, yang mana hal tersebut dicontohkan ataupun anjuran dari Rasullulah SAW. Semoga dapat memberikan manfaat.

Bab II : Pembahasan
A.    Pengertian
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam
Makan adalah proses masuknya suatu makanan kedalam perut yang mana melalui sistem pencernaan. Makan adalah usaha untuk memasukkan nutrisi dalam tubuh demi memenuhi kebutuhan jasmaniah. Simana ketika jasmani ini sehat diharapkan dapat menunjang ibadah kepada Allah SWT.
Berkumpul dalam suatu pertemuan adalah menyatunya beberapa orang dalam satu kesatuan yang mana satu dengan yang lainnya dalam usaha memperbincangkan sesuatu ataupun ada hal-hal yang akan dilakukan. Berkumpul dapat berupa dalam suatu pekerjaan ataupun dalam rangka menuntut ilmu ataupun kegiatan yang lainnya.
Adab ketika makan dan berkumpul dalam pertemuan telah ada aturannya di dalam ajaran Islam dimana ajaran Islam ini mengatur adab itu untuk mengatur kehidupan manusia. Sehingga apabila manusia mengikuti adab makan yang telah dianjurkan maka bisa dipastikan manusia itu akan sehat jasmani dan rohaninyanya. Begitu pula dalam pertemuan, akan tercipta suasana yang kondusif dan tidak menimbulkan masalah-masalah sosial yang dapat memacu timbulnya pertikaian dan permusuhan.
B.   Adab Makan
Setiap manusia hidup pasti memerlukan makan minum. Ini sudah menjadi keharusan,sebab tanpa itu tentu mati. Tetapi makan dan minum itupun wajib menurut aturannya.jangan asal suka, terus dimasukkan saja, sehingga perut menjadi sesak dan padat, penuh dan tidak ada kelonggarannya samasekali. Dan didalam ajaran Islam adab makan ini telah di contohkan oleh Rasullulah SAW. Sehingga para umat Islam hendaknya mengikuti ajaran beliau khususnya di sini mengenai adab makan.
Ada beberapa adab atau etika yang harus di lakukan sebelum makan yaitu: membaca basmalah (bismillah), makan dengan menggunakan tangan kanan dan tidak terlalu terburu-buru, Rasulullah saw. telah mengajarakan dan mendidik umatnya dengan semua adab-adab tersebut, karena di zaman jahiliyah mereka tidak pernah mempelajari hal tersebut.
Dari Abi Juhaifah radhiyallahu'anhu ia berkata: "aku sedang bersama Rasulullah saw. maka beliau bersabda kepada seseorang yang sedang bersama dengan beliau: saya tidak akan makan ketika saya sedang bersandar". Di keluarkan oleh Imam Bukhari. Dari Salmah bin al Akwa' ia berkata: sesungguhnya ada seseorang yang makan bersama dengan Rasulullah saw. dan menggunakan tangan kiri, maka Rasulullah saw. bersabda: makanlah dengan tangan kanan! Ia menjawab: saya tidak bisa (makan dengan tangan kanan), beliau saw. bersabda: kamu tidak mampu, tidak ada yang mencegahnya untuk (makan dengan tangan kanan) kecuali karena sombong". Berkata: maka ia tidak mengangkatnya (menyuapkannya makanan tersebut) ke mulutnya".
Dari Umar bin Abi Salamah radhiyallahu'anhu ia berkata: di waktu saya kecil saya berada di rumah Rasulullah saw. dan (ketika sedang makan) tangan saya meraba (semua makanan yang ada) di piring, maka Rasulullah saw. bersabda kepada saya: wahai anak! Bacalah basmalah (bismillah), makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang ada di depanmu".Muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh Bukhari dan Muslim) dan lafadz ini dari Imam Bukhari.
Imam an Nawawi rahimahullah menyebutkan mengenai faidah yang bisa di petik dari hadits Salamah yaitu di dalamnya terdapat memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar dalam setiap keadaan, sehingga walaupun dalam keadaan makan".
Di dalam kitab Fathul baari syarah shahih Bukhari Al Haafidz Ibn Hajar rahimahullah mengatakan: di dalamnya terdapat faidah memerintahkan yang makruf dan melarang dari mengerjakan yang mungkar, walaupun sedang dalam keadaan makan, di dalamnya di anjurkan untuk mengajarkan adab atau etika makan dan minum, dan di dalam hadits itu juga terdapat kemuliaan Umar bin Abi Salamah radhiyallahu'anhu karena melakukan apa yang di perintahkan serta senantiasa melaksanakannya".

Berikut beberapa adab makan yang dicontohkan oleh Rasullulah SAW:
1.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Ibnu Majah dan Al Baihaqi meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menginginginkan agar Allah memperbanyak kebaikan rumahnya, maka hendaklah ia berwudhu ketika santapannya datang dan diangkat."

2.      Membaca Basmalah sebelum makan dan Hamdalah sesudahnya
Abu Daud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah r.a., Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu makan, hendaklah ia menyebut nama Allah Ta’ala (Basmalah). Dan apabila ia lupa menyebut nama Allah Ta’ala pada awalnya, maka hendaklah ia mengucapkan, Bismillaahi awwalahu wa aakhirahu (Dengan menyebut nama Allah pada awalnya dan akhirnya)."

3.      Tidak mencela makanan yang disajikan kepadanya.
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa ia berkata: "Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela suatu makanan pun. Apabila beliau berselera terhadap makanan itu, maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya."
4.      Makan dengan tangan kanan dan makanan yang dekat
Imam Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah r.a. Ia mengatakan: "Pernah aku menjadi seorang budak di bawah pengawasan Rasulullah saw. Ketika (makan), tanganku bergerak di tempat makanan, Rasulullah saw. menegurku, "Hai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat denganmu."
5.      Dianjurkan duduk ketika minum dan makan
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas r.a. dari Nabi saw.: "Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri. Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa itu lebih buruk."
6.      Jangan kekenyangan
Isi perut hendaklah dibagi tiga macam, yakni sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas serta letak udara yang perlu dikosongkan, sehingga jiwa menjadi baik dan bersih. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan urusan makan minum ini, yaitu:

a)      Perut besar itu adalah rumah penyakit, sedang menjaga diri sebelum sakit adalah pokok pangkal pengobatan, karena jikalau telah sakit tentu sukar diobati dan tentu makan waktu untuk kesembuhannya. Oleh sebab itu berlaku sederhanalah dalam makan minum,

b)      Bukan banyaknya makanan yang menyebabkan kuatnya tubuh, tetapi makan secukupnya itulah yang membuat tubuh menjadi bersemangat dan menyebabkan kecerdikan dan berfikir.

c)      Jikalau perut sudah terisi banyak makanan, maka sempitlah jadinya untuk isi minuman. Jikalau sudah di isi terlampau banyak dengan minuman, maka sempitlah jadinya untuk diisi udara. Kalau demikian itu, terjadi, maka kelesuan, kemalasan, kelelahan akan menghinggapi orang yang berbuat semacam itu. Hal ini sangat membahayakan kesehatannya, sebab akhirnya akan sering sakit-sakitan tubuhnya dan jiwanya menjadi pemalas dan gemar menganggur, fikirannya tumpul dan hilanglah semangat kerjanya. Akibatnya timbullah berbagai angan-angan yang buruk dalam fikirannya.

Sabda Rasulullah: “Tiada seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan beberapa suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh sebab itu, apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya (jiwanya).”

Dari hal-hal di atas, maka dapatlah kita menilai, betapa tinggi ajaran yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w. itu kepada ummatnya. Selanjutnya terserahlah kepada kita sendiri untuk melaksanakan atau mengabaikannya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita agar kita dapat selalu mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya itu. Amin.

C.    Adab Berkumpul dalam Pertemuan
Tempat-tempat pertemuan adalah tempat berkumpul dan bergaulnya orang-orang, terkadang  mereka melakukan hal-hal yang sesuai dengan syari’at dan terkadang sebaliknya mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan syari’at, jika Rasulullah saw. melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan syari’at maka beliau saw. akan memberikan peringatan tentang hal tersebut, sehingga tempat pertemuan mereka jauh dari  hal-hal yang bersifat kemungkaran dan etika-etika yang buruk, sehingga mereka di karuniai kemuliaaan dan cinta.
Oleh karena ini, seharusnya seorang muslim jika menghadiri pertemuan umum, seyogyanya memberikan nasihat terhadap orang-orang yang melakukan hal-hal yang keliru yang bertentangan dengan syari’at dan memberi tahukan mereka hal yang baik.
Sebuah hadits dari Tsaried bin Suwaid radiyallahu ‘anhu beliau mengatakan: “ Rasulullah saw. lewat (di depanku) sementara saya sedang duduk seperti ini, aku meletakkan tangan kiriku di belakang punggungku dan aku bersandar pada aaliyah tanganku, maka beliau saw. mengatakan: kamu duduk dengan cara yang tidak di sukai oleh mereka”.
 Dari Jabir bin Samurah radiyallahu ‘anhu beliau berkata: “ Rasulullah saw. keluar menemui kami, kemudian mengatakan: “  saya melihat kalian mengangkat tangan kalian seperti ekor-ekor kuda yang kepanasan? Diamlah ketika sedang shalat
Ia berkata: kemudian (orang-orang) keluar dengan berkelompok-kelompok, maka Rasulullah saw. berkata: mengapa saya melihat kalian berpisah-pisah? ('iziin) (HR. Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: artinya larangan untuk berpisah-pisah dan perintah untuk berkumpul dan bersama-sama”.
      Dari Abi Tsa’labah al Khasyni radiyallahu ‘anhu beliau berkata: “ orang-orang jika turun dari suatu tempat, maka mereka berpisah di jalan-jalan, maka Rasulullah saw. bersabda: “ jika kalian terpisah-pisah seperti ini di jalan-jalan, sesungguhnya hal tersebut adalah dari setan”. Maka tidak ada yang turun dari suatu tempat setelah hal ini kecuali mereka bersama-sama dan bergabung satu sama lain, sampai di katakan: jika seandainya di bentangkan suatu kain di atas mereka maka kain itu akan menutupi mereka semua. (HR. Abu Daud)
Dari Ibn ‘Umar radiyallahu ‘anhu beliau berkata: “ seseorang berserdawa (tajassya’) ketika sedang bersama dengan Rasulullah saw. maka beliau SAW bersabda: “ jaga serdawamu dari kami, karena orang-orang yang paling lama laparnya pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak kenyang di dunia”. (HR. Ibn Majah dan lafadz ini darinya).
Di antara hal yang sering terjadi di sebagian tempat-tempat pertemuan ialah aib kedustaan, dari pembicaraan-pembicaraan atau kisah-kisah dan hal-hal yang lain yang sifatnya dusta yang bisa di jadikan sebagai bahan guyonan atau candaan, dan hal semacam ini di kategorikan oleh Rasulullah SAW sebagai dusta.
Dari Abdullah bin Zam'ah radhiyallahu 'anhu ia berkata: kemudian Rasulullah saw. menasihati mereka terhadap apa  yang mereka tertawakan yaitu (seseorang) yang membuang angin, beliau saw. bersabda: mengapa salah seorang di antara kalian tertawa terhadap apa yang mereka telah lakukan?

0 comments

Post a Comment