A. Latar Belakang
Salah satu persoalan
penting dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi adalah menilai
kinerja pegawai.Penilaian kinerja dikatakan penting mengingat melalui penilaian
kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya.
Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian
kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan
pegawai.
Namun demikian, sering
terjadi, penilaian dilakukan tidak tepat.Ketidaktepatan ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan penilaian
kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan,
ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan
instrumen penilaian kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam
pengelolaan kinerja
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Penilaian Kinerja?
2. Apa Saja Aspek-Aspek Standar Kinerja?
3. Bagaimana
Langkah-langkah penilaian Kinerja?
4.
Apa Tujuan Penilaian Kinerja?
5. Bagaimana Metode Penilaian Kinerja?
Pembahasan
A.
Pengertian Penilaian Kinerja
Pada dasarnya pengertian kinerja dapat dimaknai
secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari suatu proses
penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya sebagai
perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Agar terdapat
kejelasan mengenai kinerja, akan disampaikan beberapa pengertian mengenai
kinerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kinerja
sesuatu yg dicapai, prestasi yg diperlihatkan, kemampuan kerja.[1]Sedangkan menurut mangkunegara Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.[2]
Kinerja dapat dipandang
dari perspektif hasil, proses, atau perilaku yang mengarah pada pencapaian
tujuan. Oleh karena itu, tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama
pimpinan organisasi adalah menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan
digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.
Kinerja
adalah suatu prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya, sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan dalam pekerjaan
itu.Suatu kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara
pekerjaan dan kemampuan.Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan
menghargai kinerja yang paling umum digunakan.Dalam penilaian kinerja
melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima
pesan sehingga komunikasi
dapat berjalan dengan baik.
Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan
pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain.[3]
B. Aspek-Aspek Standar Kinerja
Adapun
unsur-unsur yang harus dinilai dalam memberikan penilaian terhadap kinerja
karyawan,yaitu :[4]
1.
Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksaudkan
adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanaka, dan mengamalkan sesuatu yang
ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tekad dan kesanggupan
tersebut harus dibuktikan dengan skap dan perilaku tenaga kerja yang
bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang diberikan kepadanya.Kesetiaan tenaga kerja terhadap perusahaan
sangat berhubungan dengan pengabdiannya.Pengabdian yang dimaksud adalah
sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan publik
di atas kepentingan pribadi.
2. Prestasi
kerja
Prestasi kerja adalah
kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumya kerja seseorang tenga kerja
antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan
kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.
3. Tanggung
jawab.
Tanggung jawab adalah
kesanggupan seseorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul
risiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan
seseorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan, peraturan
perundaang-undangan dan peraturan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang
diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar
larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara
tertulis maupun tak tertulis.
5. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan
hati seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mampu
untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6. Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan
seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
7. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan
seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau
melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok
tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen lininya.
8. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain
(tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk
melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga kerja
sebenarnya khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja yang memiliki jabatan seluruh
hierarki dalam perusahaan.
C. Langkah-langkah
penilaian Kinerja
Adapun
langkah-langkah dalam penilaian kinerja yaitu:[5]
1. Penentuan
Sasaran
Penentuan
sasaran harus spesifik, terukur, dan didasarkan pada waktu tertentu. Di samping
itu perlu pula diperhatikan proses penentuan sasaran tersebut, yaitu diharapkan
sasaran tugas individu dirumuskan bersama-sama antara atasan dan bawahan.
Setiap sasaran merupakan sasaran yang diturunkan atau diterjemahkan dari
sasaran yang lebih tinggi.jadi, sasaran unit adalah bagian dari sasaran
organisasi.
2.
Penentuan
Standar Unjuk Kerja
Pentingnya
penilaian unjuk kerja(cara bekerja, perilaku,
penampilan) menghendaki penilaian tersebut harus benar-benar obyektif.
yaitu mengukur unjuk kerja pegawai yang sesungguhnya, yang disebut dengan job related.
Artinya, pelaksanaan penilaian harus mencemrinkan pelaksanaan unjuk kerja yang
sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku yang mencenninkan keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu, sistem penilaian unjuk kerja harus
a) Mempunyai
standar,
b) Memiliki
ukuran yang dapat dipercaya, dan
c) Mudah
digunakan.
Mempunyai
standar berarti mempunyai dimensi-dimensi
yang menunjukkan perilaku kerja yang sedang dinilai, yang umumnya diterjemahkan dari sasaran kerja,
misalnya hasil kerja berupa barang yang
dihasilkan, kuantitas atau kualitas, kehadiran
di tempat kerja, kepatuhan terhadap peraturan atau prosedur, dan lain-lain. Lebih lanjut, bayangkan tugas
seorang dosen.
Kemudian
harus memiliki ukuran-ukuran yang dapat
dipercaya, dengan pengertian bilamana digunakan oleh orang lain atau beberapa orang dalam waktu yang
berbeda akan menghasilkan kesimpulan
yang sama, misalnya ukuran kuantitas yang
baik berarti sesuai dengan target, ukuran kualitas yang baik berarti tidak ditemukan barang yang
cacat, ukuran kehadiran yang baik
berarti tidak pemah absen kerja tanpa
alasan, dan lain-lain.
Yang
terakhir, harus praktis dalam arti mudah digunakan dan dipahami oleh penilai dan yang
dinilai.
3.
Penentuan Metode
dan Pelaksanaan Penilaian
Metode
yang di gunakan disesuaikan dengan kriteria penilaian kinerja yang akan
dilaksanankan
4.
Evaluasi
Penilaian
Evaluasi
penilaian merupakan pemberian umpan balik
kepada pegawai mengenai aspek-aspek unjuk kerja yang harus diubah dan dipertahankan serta berbagai
tindakan yang harus diambil, baik oleh
organisasi maupun pegawai dalam upaya
perbaikan kinerja pada masa yang akan dating
D.
Tujuan
Penilaian Kinerja
Ada sejumlah tujuan yang biasanya tercapai oleh
organisasi antara lain:[6]
1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu
maupun sebagai kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan kesempatan
pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian
tujuan perusahaan. Karyawan bersama atasan masing-masing dapat menetapkan
sasaran kerja dan standar prestasi yang harus dicapai dan meneliti dan menilai
hasil-hasil yang sebenarnya dicapai pada akhir kurun waktu yang ditetapkan.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan
secara perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya manusia
secara keseluruhan, yang dire- fleksikan dalam kenaikan produktivitas. Dengan
kata lain, peningkatan produktivitas sumber daya manusia secara keseluruhan
diusahakan dicapai melalui pening- katan prestasi kerja karyawan secara
perorangan (individu).
3. Merangsang minat mengembangkan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi serta potensi karyawan dengan
cara memberikan umpan balik pada mereka tentang prestasi mereka.
4. Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program
pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna. Pada gilirannya
usaha ini akan mem- bantu perusahaan untuk mempunyai pasokan tenaga yang cakap
dan terampil yang cukup untuk pengembangan perusahaan di masa depan.
5. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi
kerja pegawai dengan tingkat gajinya atau imbalannya sebagai bagian dari
kebijakan dan sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan pada pegawai untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaan atau hal- hal yang ada kaitannya. Dengan demikian
jalur komunikasi dan dialog akan terbuka dan dengan de- mikian diharapkan bahwa
proses penilaian prestasi kerja akan mengeratkan hubungan antara atasan dan
bawahan.
Penilian kinerja memberikan banyak tujuan. Tujuan penilian
kinerja ini pada akhirnya akan memberikan manfaat, tidak hanya untuk pegawai
yang bersangkutan, akan tetapi juga untuk organisasi. Perlu diingat bahwa
penilaian kinerja tidak dimaksudkan untuk memberikan hukuman jika pegawai tidak
dapat memenuhi capaian kinerja yang ditentukan.Oleh karena itu, salah satu
aspek penting dalam penilaian kinerja adalah adanya apresiasi yang proporsional
dan program pengembangan SDM yang tepat.Apresiasi diberikan kepada orang yang
mampu mencapai atau melebihi tingkat kinerja yang diharapkan.Sedangkan program
pengembangan pegawai diberikan kepada pegawai yang memerlkukan treatment
tertentu untuk meningkatkan kinerjanya.
E. Metode Penilaian Kinerja
Metode penilaian kinerja karyawan digunakan dua metode,
metode penilaian berorientasi masa lalu dan masa depan.[7]
1.
Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu :
Penilaian
yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu, dari
paling rendah hingga paling tinggi.Penilaian didasarkan pada pendapat para ahli
dan criteria-kriterianya sering tidak berkaitan langsung dengan hasil kerja.
b) Daftar pertanyaan (Checklist)
Sejumlah
pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu
pekerjaan tertentu.Penilai hanya memilih kata atau pernyataan yang
menggambarkan karakteristik hasil kerja karyawan.
c) Metode dengan pilihan terarah (Forced
Choice Methode)
Pendekatan
metode ini untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah
penilaian dengan memaksakan suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan
deskriptif yang bernilai sama. penilai memilih pasangan pernyataan yang sesuai
dengan karyawan yang dinilai dimana pernyataan tersebut bernada positif/negative.
d) Metode peristiwa kritis (Critical
Incident method)
Metode
yang mendasarkan pada catatan kritis penilai atas perilaku karyawan, sangat
baik atau sangat jelek dalam pelaksanaan pekerjaan. Pernyataan-pernyataan yang
disebut insiden kritis yang dicatat atasan selama masa penilaian untuk setiap
karyawan yang berguna untuk umpan balik karyawan yang bersangkutan.
e) Metode catatan prestasi
Metode
ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, catatan penyempurnaan
(penampilan, kemampuan bicara, peran kepemimpinan dan aktivitas lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan). Informasi ini digunakan untuk laporan tentang
kontribusi karyawan selama 1 tahun dan pertimbangan pemberian promosi serta
pemberian saran-saran terhadap hasil kerja masa yang akan datang.
f) Skala peringkat dikaitkan dengan
tingkah laku (behaviorally anchored rating scale)
Metode
ini suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk kurun waktu tertentu di
masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi kerja dengan perilaku
tertentu.
g) Metode peninjauan lapangan (Field
Review Methode)
Penilaiana
langsung ke lapangan bersama ahli dari SDM .spesialis SDM mendapat informasi
dari atasan langsung perihal prestasi karyawannya, lalu mengevaluasi dan hasil
evaluasi tersebut dikirim kepada penyelia yang akan direview, perubahan,
persetujuan dan pembahasan dengan para karyawan yang dinilai.
h) Tes observasi prestasi kerja (performance
Test and Observation)
Didasarkan
pada tes pengetahuan, dan keterampilan , berupa tes tertulis dan peragaan,
syaratnya tes harus valid (sahih) dan reliable (dapat dipercaya).
i)
Pendekatan evaluasi komparatif (comparative Evaluation
Approach)
Metode
ini melalukan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan karyawan lain yang
menyelenggarakan kegiatan sejenis. Pendekatan ini sangat rasional dan efektif
terhadap (kenaikan gaji, promosi, insentif/imbalan terhadap karyawan) yang
disusun berdasarkan peringkat prestasi kerjanya.
2. Metode Penilaian Berorientasi Masa
Depan
a) Penilaian diri sendiri (Self
Appraisal)
Penilaian yang dilakukan oleh
karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal
kekuatan/kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek perilaku
kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.
b) Manajemen berdasarkan sasaran (management
By Objective)
Bentuk penilaian di mana karyawan
dan penyelia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang. Metode ini alternative untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk penilaian kinerja lainnya,
pemakaiannya lebih ditujukan untuk pengembangan karyawan dan lebih mengacu pada
pendekatan hasil.
c) Penilaian secara psikologis
Penilaian dilakukan ahli psikologi
untuk mengetahui potensi seseorang. Penilaian dilakukan melalui tes psikologi
(tes kecerdasan intelektual, emosional, kepribadian, spiritual dan diskusi)
secara wawancara/tes tertulis untuk menilai potensi karyawan di masa akan
datang.
d) Pusat penilaian (Assessment
Center)
Penilaian yang dilakukan dengan
serangkaian tehnik untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung
jawab yang lebih besar.Tehnik serangkaian situasional di mana para calon untuk
promosi, pelatihan atau program manajerial lainnya ikut dalam beberapa hari
untuk diamati dan dinilai keterampilan interpersonal, toleransi, kemampuan
komunikasi, kreativitas, kualitas problem solving dan sebagai.Bertujuan
terhadap penempatan/ jabatan diberikan sesuai dengan potensi karyawan.
Kesimpulan dan Penutup
Penilaian kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam
pengelolaan pegawai dalam suatu organisasi.Pemahaman mengenai kinerja yang
diharapkan menjadi starting point dalam penilaian kinerja. Seluruh
pegawai harus memahami konsep kinerja yang diterapkan dan memahami apa yang
diharapkan dari mereka.Kemudian, selutuh pihak yang terkait dengan penilaian
kinerja harus memahami aspek-aspek yang akan dijadikan penilaian kinerja.
Melalui pemahaman ini, kesalahpahaman mengenai penilaian kinerja dapat
diminimalisir.
Instrumen penilaian kinerja yang valid dan reliabel
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Melalui instrumen ini, akan dapat
terdeteksi, pegawai yang mempunyai kinerja sesuai dengan yang diharapkan dan
pegawai yang belum mampu mencapai kinerja yang diharapkan. Kepentingan adanya
instrumen yang valid dan reliabel akan sangat terasa manakala hasil penilaian
dikaitkan dengan apresiasi dan program pengembangan pegawai.
Selain hal-hal tersebut, hal terpenting dalam proses
penilaian kinerja adalah kepedulian pimpinan organisasi terhadap perlunya
penilaian kinerja. Pimpinan organisasi yang mempunyai komitmen tinggi terhadap
penilaian kinerja akan selalu berusaha mencari cara-cara terbaik dan tepat
dalam melakukan penilaian kinerja serta melaksanakannya secara konsisten
Daftar
Pustaka
Ruky,Achmad S., Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: SUN,
2006
Mangkunegara,
Anwar Prabu., Evaluasi Kinerja Sumber
Daya Manusia, Bandung: Refika Aditama.2005
Hariandja,Marihot tua Effendi,Manajemen Sumber Daya Manusia-Pengadaaan,
Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktifitas Pegawai, Jakarta:
Grasindo, 2007
Rivai,
veithzal.,Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Dari Teori Ke Praktek, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Sastrohadiwiryo,
Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Admministratif Dan
Operasional, Jakarta : Bumi Aksara, 2001
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/penilaian-kinerja-karyawan-definisi.html
[2]Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia., (Bandung:Refika
Aditama.2005) hal. 9
[4], SiswantoSastrohadiwiryo, Manajemen
Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Admministratif Dan Operasional.(Jakarta :
Bumi Aksara,2001) hal. 235
[5]Marihot Tua Effendi hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia-Pengadaaan,
Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktifitas Pegawai (Jakarta:
Grasindo, 2007) hal. 199
[6] Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja (Jakarta: SUN,
2006) hal. 20
[7]Veithzal, RivaiManajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan, Dari Teori Ke Praktei (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) hal. 324
0 comments
Post a Comment