D. Pengertian Kebudayaan Sekolah
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat luas. Namun mempunyai cirri-ciri yang khas. Sekolah bertugas untuk
menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan harus selalu memperhatikan
masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi disekolah itu sendiri timbul
pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai kedudukan yang agak
terpisah dari arus umum kebudayaan.
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi social
lainya sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak . Sekolah
merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola
relasi diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan
tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata tertib , kebiasaan, upacara-upacara,
mars/hymne sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang
memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan.
Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab
sebagian yang cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang
dewasa. Dalam situasi serupa ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi
anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta
upacara-upacara.sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah
yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap,
terampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik control
tertentu yang berlaku disekolah itu.[9]
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di
sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan
Sekolah.
Budaya
sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang
dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala
sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami
dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah[10]
E.
Unsur-Unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan
menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam
sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas
dari warga sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki beberapa unsur-unsur penting
yaitu:[11]
·
Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah
dan perlengkapan lainnya).
·
Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun
fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
·
Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri
atas guru-guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching
specialist.
·
Nilai-nilai norma , sistem peraturan, dan iklim kehidupan
sekolah
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah
dalam dua kategori:[12]
1.
Unsur yang tidak kasat mata
Unsur
yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai
kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan
oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi,
misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
2.
Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara
konseptual meliputi :
·
visi,misi, tujuan dan sasaran,
·
kurikulum,
·
bahasa komunikasi,
·
narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
·
struktur organisasi
·
ritual, dan upacara,
·
prosedur belajar mengajar,
·
peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
·
layanan psikologi sosial,
·
pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang
meteriil dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan
serta pakaian seragam.
Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha
peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :[13]
1.
Kultur sekolah yang positif
Kultur
sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi,
penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
2.
Kultur sekolah yang negative
Kultur
sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu
pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa
takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam
memecahkan masalah.
3.
Kultur sekolah yang netral
Yaitu
kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi
positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa
arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
F.
Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam
terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau
instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya
berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik
sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, norma juga kebiasaan
yang di pegang bersama.
Pendidikan
sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai yang mana yang seharusnya
dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berkualitas. Dengan
demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang
tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua
nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang
berbudaya. Dalam hal ini
karakteristik
peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :[14]
a.
Bernilai
Strategis
Adalah kultur
yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi
peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib.
Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga budaya
sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
b.
Memiliki
Daya Ungkit
Kultur yang
memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi,
sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh bilamana dipacu dan
di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi.
Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang
pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga
dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan
yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
c.
Berpeluang
Sukses
Budaya yang
berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini
sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk
melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca
di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang
berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian
juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat
pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan
kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan
berpijak pada karakteristik diatas, maka di dapatkan peran kultur sekolah
adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah,
serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat
terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah mengeluh dan suasana batin
yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Kesimpulan
Stratifikasi sosial merujuk pada pengelompokan orang kedalam
tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Adapun pengertian kelas
sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya
kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah
stratifikasi sosial. Menurut Barger Kelas
sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Namun lebih penting dalam
stratifikasi social, mereka memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang
sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya
semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan sosialnya.
Cara menentukan stratifikasi sosial ada 3 metode, yakni: 1.Metode
obyektif, 2. Metode Subyektif, 3. Metode Reputasi
Adapun
Hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial antara lain: 1. Tingkat pendidikan dan tingkat
golongan social, 2. Golongan sosial dan jenis pendidikan, 3. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Budaya sekolah merupakan
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru,
staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan
berbagai persoalan yang muncul di sekolah
Dalam kebudayaan sekolah ada beberapa unsur
yang secara garis besar yaitu: Letak lingkungan dan prasarana fisik
sekolah, Kurikulum sekolah, Pribadi-pribadi Nilai-nilai norma , sistem
peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Sedangkan menurut Hedley Beare 1. Unsur yang
tidak kasat mata, 2. Unsur yang kasat mata
Pendidikan
adalah suatu proses budaya. Sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan
nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja,
melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan
manusia yang berbudaya. Dalam hal ini karakteristik peran kultur sekolah
berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni: 1. Bernilai Strategis,
2. Memiliki Daya Ungkit. 3. Berpeluang Sukses
[10] Zamroni, Paradigma
Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2003), hal. 149
[13] Djemari
Mardapi, Pola
Induk Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar SMU: Pedoman Umum
(Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum, 2003), hal 28.
0 comments
Post a Comment