Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota
masyarakat. Hidup dalam masyrakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi
orang lain.Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Hubungan antara
individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik.Kebudayaan mempengaruhi
individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan
sehingga terjadi perubahan sosial
Hal tersebut mempengaruhi juga terhadap interaksi
sosial yang cenderung berkelompok mencari anggota/teman yang sepadan. Sehingga
berujung pada proses stratifikasi sosial. Namun stratifikasi
sosial ini tidaklah mutlak posisinya namun adakalanya dapat berubah. Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena
sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian
hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal
demikian disebut mobilitas sosial.
Salah
satu yang dapat mempengaruhi mobilitas social ini ini adalah pendidikan. Dengan pendidikan
seseorang mampu merubah strat
Didalam
lingkungan pendidikan juga ada kebudayaan yang berbeda-beda antara lembaga
pendidikan yang satu dengan yang lain. Hal ini biasa disebut dengan kebudayaan
sekolah. Kebudayaan sekolah yang ada sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat sekitar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Stratifikasi Sosial?
2.
Bagaimana
Caranya Menentukan Stratifikasi Sosial?
3.
Bagaimana
Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial?
4.
Apa
Pengertian Kebudayaan Sekolah?
5.
Apa
Saja Unsur Kebudayaan Sekolah?
6.
Bagaimana
Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan Sekolah?
Pembahasan
A.
Pengertian
Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing
dalam berbagai kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling
bawah, dengan demikian terjadi stratifikasi sosial.[1]Ada
beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefisinikan
stratifikasi sosial (Social
Stratification), yaitu:
1.
Menurut Mayor Polak; sejumlah orang yang sama statusnya
menurut penilaian masyarakat dinamakan“ stratum“
(lapisan) dan penggolongan masyarakat menurut strata (kata jamak dari stratum).
2.
Menurut Patirim A. Sorokin; pembedaan sesuatu
masyarakat (population) kedalam
kelas-kelas secara hierarki
(bertingkat). [2]
Ada masyarakat yang mempunyai
stratifikasi sosial yang sangat ketat. Seorang lahir dalam golongan tertentu
dan ia tak mungkin meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya
dalam suatu kategori merupakan faktor utama yang menentukan tinggi pendidikan
yang dapat ditempuhnya, jabatan yang didudukinya, orang yang dikawininya dsb.
Golongan yang ketat ini biasanya disebut dengan kasta.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering
kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan
kelas sosial terdapat perbedaan. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada
pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam heirarki secara
vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau
kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat.
Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian
yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau
strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial.
Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang
anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap dan prilaku
sosial yang secara umum sama.[3]
Menurut Barger Kelas sosial
adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini cukup luas
yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan
pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan /
perekonomian individu.[4]
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas sosial di dalammnya
sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah
strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian
kesatuan status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap,
nilai-nilai dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di
dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan
sosialnya.[5]
B.
Cara-cara Menentukan Stratifikasi
Sosial
Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status
dikalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial ada 3
metode, yakni:[6]
1.
Metode obyektif
Artinya
usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan dialkukan
menurut ukuran ukuran yang objektif berupa variabel yang mudah diukur secara
kuantitatif. Stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain
jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan.
2.
Metode Subyektif
Artinya
munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat tidak diukur dengan
kriteria-krieteria yang objektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subjektif
warga masyarakat itu sendiri.
3.
Metode Reputasi
Golongan
sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. memberi kesempatan kepada
orang dalam masyarakat itu sendiri untuk menetukan golongan-golongan mana yang
terdapat dalam masyarakat itu lalu mengidentifikasikan anggota masing-masing
golongan itu.
C.
Hubungan Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
1. Tingkat pendidikan dan tingkat
golongan sosial
Dalam berbagai studi tingkat pendidikan tertinggi yang
diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut
penelitian memang terdapat korelasi yag tinggi antara kedudukan sosial
seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara
pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan
rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Orang
yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan
pendidikan tinggi. Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang
tua tentang pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada,
mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan tinggi. Soalnya hanya
universitas mana dan jurusan apa disamping tentunya kemampuan dan kemauan anak.
Sebaliknya, orang tua yang tidak mampu tidak akan mengharapkan pendidikan yang
demikian tinggi, cukuplah bila anak itu menyelesaikan SD paling-paling SMP.
Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah
memasuki perguruan tinggi adalah kurangnya perhatian akan pendidikan di
kalangan orang tua. Banyak anak-anak golongan ini yang berhasrat untuk
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan
biaya. Banyak pula anak-anak yang putus sekolah karena alasan finansial.
Pendidikan memerlukan uang, tidak hanya untuk uang sekolah akan tetapi juga
untuk pakaian, buku dll.
2. Golongan sosial dan jenis pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya
diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan
perguruan tinggi pada umumnya mahal sehingga tidak semua orang tua mampu
membiayai studi anaknya. Pada umumnya, anak-anak yang orang tuanya mampu, akan
memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas
kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya,
sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat
diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan
rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul
pendapat bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi
daripada sekolah kejuruan[7]
Demikian pula, mata pelajaran yang
berkaitan dengan perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi pula,
misalnya matematika dan fisika dipandang lebih tinggi daripada olahraga atau
yang lainnya.
3. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Pendidikan
dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam
masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status
sosial seseorang yang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat, namun
sekarang tanpa keturunan yang baikpun seseorang dapat melakukan mobilitas
sosial[8]
yang diantaranya adalah melalui pendidikan.
0 comments
Post a Comment