Tuesday, March 19, 2013

Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

A. Latar Belakang
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyrakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain.Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik.Kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial
Hal tersebut mempengaruhi juga terhadap interaksi sosial yang cenderung berkelompok mencari anggota/teman yang sepadan. Sehingga berujung pada proses stratifikasi sosial. Namun stratifikasi sosial ini tidaklah mutlak posisinya namun adakalanya dapat berubah. Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial.
Salah satu yang dapat mempengaruhi mobilitas social ini  ini adalah pendidikan. Dengan pendidikan seseorang mampu merubah strat
Didalam lingkungan pendidikan juga ada kebudayaan yang berbeda-beda antara lembaga pendidikan yang satu dengan yang lain. Hal ini biasa disebut dengan kebudayaan sekolah. Kebudayaan sekolah yang ada sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat sekitar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Stratifikasi Sosial?
2.      Bagaimana Caranya Menentukan Stratifikasi Sosial?
3.      Bagaimana Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial?
4.      Apa Pengertian Kebudayaan Sekolah?
5.      Apa Saja Unsur Kebudayaan Sekolah?
6.      Bagaimana Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan Sekolah?


Pembahasan
A.    Pengertian
Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah, dengan demikian terjadi stratifikasi sosial.[1]Ada beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefisinikan stratifikasi sosial (Social Stratification), yaitu:
1.      Menurut Mayor Polak; sejumlah orang yang sama statusnya menurut penilaian masyarakat dinamakan“ stratum“ (lapisan) dan penggolongan masyarakat menurut strata (kata jamak dari stratum).
2.      Menurut Patirim A. Sorokin; pembedaan sesuatu masyarakat (population) kedalam kelas-kelas secara hierarki (bertingkat). [2]
Ada masyarakat yang mempunyai stratifikasi sosial yang sangat ketat. Seorang lahir dalam golongan tertentu dan ia tak mungkin meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya dalam suatu kategori merupakan faktor utama yang menentukan tinggi pendidikan yang dapat ditempuhnya, jabatan yang didudukinya, orang yang dikawininya dsb. Golongan yang ketat ini biasanya disebut dengan kasta.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial.

Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.[3] Menurut Barger Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.[4]
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas sosial di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan kedudukan sosialnya.[5]

B.     Cara-cara Menentukan Stratifikasi Sosial
Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial ada 3 metode, yakni:[6]
1.         Metode obyektif
Artinya usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan dialkukan menurut ukuran ukuran yang objektif berupa variabel yang mudah diukur secara kuantitatif. Stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan.
2.         Metode Subyektif
Artinya munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat tidak diukur dengan kriteria-krieteria yang objektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subjektif warga masyarakat itu sendiri.
3.         Metode Reputasi
Golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana  anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. memberi kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri untuk menetukan golongan-golongan mana yang terdapat dalam masyarakat itu lalu mengidentifikasikan anggota masing-masing golongan itu.

C.    Hubungan Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
1.      Tingkat pendidikan dan tingkat golongan sosial
Dalam berbagai studi tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yag tinggi antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada, mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan tinggi. Soalnya hanya universitas mana dan jurusan apa disamping tentunya kemampuan dan kemauan anak. Sebaliknya, orang tua yang tidak mampu tidak akan mengharapkan pendidikan yang demikian tinggi, cukuplah bila anak itu menyelesaikan SD paling-paling SMP.
Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki perguruan tinggi adalah kurangnya perhatian akan pendidikan di kalangan orang tua. Banyak anak-anak golongan ini yang berhasrat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan biaya. Banyak pula anak-anak yang putus sekolah karena alasan finansial. Pendidikan memerlukan uang, tidak hanya untuk uang sekolah akan tetapi juga untuk pakaian, buku dll.


2.      Golongan sosial dan jenis pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan  perguruan tinggi pada umumnya mahal sehingga tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya. Pada umumnya, anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah kejuruan[7]
Demikian pula, mata pelajaran yang berkaitan dengan perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi pula, misalnya matematika dan fisika dipandang lebih tinggi daripada olahraga atau yang lainnya.
3.     Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat, namun sekarang tanpa keturunan yang baikpun seseorang dapat melakukan mobilitas sosial[8] yang diantaranya adalah melalui pendidikan.










[1] S Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara. 2004) hal. 26
[2] Ary H. Gunawan, sosiologi pendidikan suatu analisis sosiologi tentang berbagai problem pendidikan (jakarta: rineka cipta. 2000) hal. 38
[3] Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 399
[5] Elly M. Setiadi dan Usman Kolip ,… Op.cit. hal.400
[6] S Nasution, Sosiologi Pendidikan ,...  Op.cit hal. 27
[7] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan ,... Ibid hal: 31
[8] Mobilitas Sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain

0 comments

Post a Comment