Mahasiswa KI'2010 Part 1

(A. Syaddad, Andi Munadi, Ari Maulana, Bakti Hamdani, Bayu Agung S, Darul Zulfi) (Desy Anggraini, Eka Febriyanti, Emelia Ikhsana, Fatkurohmanudin, Fitriani, Hepni Efendi)

Mahasiswa KI'2010 Part 2

(Imam Adi M, Intan Safitri, Joko Suseno, Lisda Nur A, Masnan, Muammar) (Mudfirudin, M Hasan Basri, M Akbar, M Fadliansyah, M Rasyid Ridho, Nanda Fajrul H)

Mahasiswa KI'2010 Part 3

(Normila, Nur Sodik, Nurul Qomariah, Puji Wulandari, Rab'ul Habibi, Ridho M.P) (Salasiah, Sitti Fatimah, Siwid Sutian, Taryuni, Titis Ratna Sari, Verdy Evansyah)

Mahasiswa KI'2010 Part 4

(Wahyu Fajriyadi, Zuhrotul Husniah, Akhsanul Khair, Eka Patmawati, Siti Hadijah, Siti Kholifah) (Najmatul Hilal, Aan Yusuf K, Indra Lukman, Ibrahim, A. Durori)

Friday, September 14, 2012

Profesionalitas Guru

BAB I
PENDAHULUAN 
A.      Latar Belakang
Teknologi secara substansi telah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman batu sekalipun, teknologi talah menyertai sisi-sisi kehidupan manusia, minsalnya dalam pembangunan piramida, candi, pembuatan api, dan sebagainya. Seiring perjalanan peradaban manusia yang terus berubah, teknologi yang dikembangkan dan digunakan oleh manusia pun semakin cangih dan kompleks.
Teknologi merupakan hasil rekayasa manusia yang diciptakembangkan untuk mengatasi masalah dan atau keterbatasan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan
akan makan, manusia menciptakan suatu teknologi permasakan, mulai dari tungku kayu bakar, tungku arang, kompor minyak tanah, kompor gas, kompor listrik, sampai dengan microwave. Untuk memenuhi kebutuhan atas keterbatasan dalam fungsi indra pengelihatan, manusia menciptakan kacamata, teropong, keker, microscope, dan sebagainya. Teknologi hasil rekayasa manusia merupakan unsur penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, namun demikian, manusialah yang harus mengendalikan pengunaan teknologi.
Dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, secara sadar atau tidak teknologi telah menjadi bagian integral. Dengan adanya teknologi manusia mampu berpola pikir lebih maju dan modern, sehingga apa pun yang ingin di perbuat dengan gampangnya memperoleh solusi dari masalah yang ada. Teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan di era modern saat ini manusia dikendalikan dengan teknologi yang begitu mempesona dan menarik semua perhatian manusia.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan permasalahan yang ada dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana peranan teknologi pendidikan dalam sistem pembelajaran?
2.      Manfaat dari teknologi pendidikan?
3.      Dampak negatif dari teknologi pendidikan?
4.      peningkatkan professional guru?
 BAB II
KAJIAN TEORI
 
A.    Teknologi Pendidikan
      Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berhubungan dengan segala aspek belajar.
            Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia.
            Dalam teknologi pendidikan  unsur intinya adalah “Belajar” dan “sumber-sumber” untuk keperluan belajar itu. Namun kedua unsur inti ini belum menjamin adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukan adanya unsur lain yaitu dipakainya “pendekatan sistem” dan adanya “
pengelolaan” atas seluruh kegiatan.[1]

B.     Profesional Guru
Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian , sebagaimana disebutkan oleh S. Wojowasito. [2]
Selain itu, Drs. Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.[3]
Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.
Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil berupa upah atau uang karena melaksanakan pekerjaan tersebut.
Sedangkan pengertian guru menurut Drs. Petersalim dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga seorang guru harus bersifat mendidik.
Menurut Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik.
Amien Daiem Indrakusuma menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik.
M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya, meghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia, yang bersifat mendidik dan menajarkan budi pekerti yang luhur kepada murid-muridnya.


BAB III
HASIL PENELITIAN
A.    Peranan Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
            Teknologi pendidikan masih merupakan pendekatan yang terbuka bagi berbagai-bagai pendirian.
            Teknologi tidak merupakan kunci kearah sukses yang pasti dalam pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau metodologi yang diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan adalah suatu teori yang mempunyai sejumlah hipotesis.
            Teknologi pendidikan dapat juga dipandang sebagai suatu gerakan dalam pendidikan yang diikuti oleh guru-guru.  Maka teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk mmperbaiki metode mengajar dengan menentukan prinsif-prinsif ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang-bidang lain.
            Sejak manusia mengenal sistem pendidikan, teknologi pendidikan telah menjadi fondasi bagi jalannya system pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti halnya yang ada dalam madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, sepert di Madrasah Nizamiyah[4] di Baghdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan.
            Kemudian, era Scolatic di Barat yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan-biarawatinya juga tidak lepas dengan teknologi pendidikannya. Sedangkan di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasinya metode  pengajaran Nampak dengan adanya pembagian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran empat madzhab fiki, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan di dukung misalnya perpustakaan yang memadai, aboratorium kimia, maupun laboratorium langit, serta asrama bagi para siswanya.
            Semua elemen itu tersususn sebagai sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
            Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau teknik yang compatible dengan zamannya.
            Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungannya.
            Menurut Bapak Mujiyanto, S.Pd salah satu staf pengajar di Madrasah Aliyah Negri 1 samarinda. Teknologi pendidikan yaitu kombinasi pendekatan dua teknologi yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras dapat diartikan sebagai media atau alat serta seperangkat teknologi yang biasa digunakan dalam proses pendidikan.[5]
            Sedangkan perangkat lunak biasa diartikan sebagai system atau metode yang diterapkan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, teknologi pendidikan, orientasi utamanya yaitu kearah pendekatan sistem dan sebagai alat meningkatkan manfaat dari apa yang ada disekitar.
            Teknologi pendidikan dapat dikatakan sebagai pendekatan pemecahan masalah, titik beratnya dalam orientasi diagnosis yang menarik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan dalam konteks sebenarnya adalah tidak hanya mengacu pada perangkat keras saja seperti yang umum dijadikan sebagai persepsi yang benar, namun juga meliputi perangkat lunak dan perpaduan keduannya perangkat keras dan perangkat lunak.
            Masalah penggunaan teknologi dalam pendidikan sekarang makin dirasakan sangat mendesak. Hal ini disebabkan besarnya jumlah murid yang harus dilayani, sedangkan jumlah guru dan sarana pendidikan sangat sedikit. Penggunaan teknologi dalam mengajar, seperti slide, film, overhead projector, tape recorder televise dan lain-lain, dapat meningkatkan mutu dan efesiensi pelayanan pendidikan. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan  pendidikan akan menimbulkan hal-hal seperti :[6]
1.      Perubahan pada peranan guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga seperti pembimbing, fasilitator, motivator, dan lain-lain.
2.      Personel sekolah tidak hanya guru dan pegawai, tetapi juga harus ada teknisi dan instruksional.
3.      Biaya pendidikan menjadi cukup besar.
4.      Organisasi kelas dan metode mengajar harus berubah seperti menggunakan cara belajar siswa aktif dan keterampilan proses.
            Selain itu, kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan yang erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu.
            Dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang canggih. Beberapa media teknologi pendidikan dimaksud antara lain.[7]
1.      Papan Tulis
      Papan tulis digunakan hampir di setiap ruangan kelas. Papan tulis biasanya terbuat dari papan biasa, tripleks atau slate. Papan tulis sangat baik untuk membuat tulisan, gambar, grafik dan sebagainya. Di sekolah-sekolah tradisional, papan tulis biasanya dipakai secara penuh, akan tetapi di sekolah-sekolah modern, dimana media teknologi cukup bervariasi, papan tulis biasanya digunakan secara terbatas.
      Papan tulis memunyai nilai tertentu, seperti penyajian bahan dapat dilakukan secara jelas, kesalahan tulisan mudah diperbaiki, dapat merangsang anak untuk aktif, dapat menarik perhatian. Penggunaan papan tulis memerlukan keterampilan menulis dan kerajinan membersihkannya.
2.      Bulletin board dan display
      Alat ini biasanya dibuat secara khusus dan digunakan untuk mempertontonkan pekerjaan siswa, gambar-gambar badan, poster atau berdimensi lainnya.
      Bulletin Board dan Display mempunyai nilai tertentu, seperti tempat mempertontonkan gambar-gambar khusus yang menunjukan benda, poster  atau karya kelas lainnya.
      Dapat juga digunakan sebagai papan pengumuman kelas, pengumuman sekolah atau petugas-petugas, memperluas minat anak dan menimbulkan semangat dan tanggung jawab bersama, menambah pengalaman baru, membangkitan kecakapan artistic, merangsang inisiatif, kreativitas dan sebagainya.
3.      Gambar dan Ilustrasi Fotografi
      Gambar ilustrasi fotografi yang berwarna lebih menarik. Arti dari sebuah gambar ditentukan oleh persepsi masing-masing. Gambar dan ilustrasi fotografi mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat konkret, tak terlalu terbatas pada ruang dan waktu, membantu memperjelas masalah, mambantu kelemahan indra, mudah didapat, relative murah, selain itu mudah digunakan.
4.      Slide dan Filmstrip
      Slide dan filmstrip merupakan gambar yang diproyksikan, dapat dilihat dan mudah dioprasikan. Slide dan filmstrip mempunyai nilai tertentu, yaitu memudahkan penyajian seperangkat materi, membangkitkan minat anak, keseragaman informasi, dan dapat dilakukan secara berulang.
5.      Film
      Film pendidikan dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Film yan diputar didepan siswa harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengajarann.
6.      Rekaman Pendidikan
      Istilah asing aria lat ini bernama “Recording”. Yakni alat audio yang tidak diikuti dengan visual. Melalui alat ini, kita dapat mendengarkan cerita, pidato, music, sajak, pengajian dan lain-lain.
7.      Radio Pendidikan
      Radio adalah alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi komunikasi. Melalui alat ini orang mulai mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan dunia.


B.     Manfaat teknologi pendidikan dan kekurangannya
1.      Manfaat dari pemanfaatan teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan sebagai peralatan untuk mendukung kontruksi pengetahuan seperti untuk mewakili gagasan pelajar pemahaman dan kepercayaan Untuk organisir produksi, multi media sebagai dasar pengetahuan pelajar.
Teknologi pendidikan sebagai sarana informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung pelajar seperti mengakses informasi yang diperlukan dan dapat dijadikan sebagai bahan  perbandingan perspektif, kepercayaan dan pandangan dunia
Teknologi pendidikan sebagai media social untuk mendukung pelajaran dengan berbicara berkolaborasi dengan orang lain, selain itu melatih kita untuk berdiskusikan, berpendapat dan membangun consensus antara anggota social.
Teknologi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan atau sekolah. Teknologi pendidikan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan dapat mempermudah mencapai tujuan pendidikan.
2.      Kekurangan dari teknologi pendidikan
Pihak guru yang tidak bisa mengoperasikan atau  menguasai elektronika akan tertinggalkan oleh siswa. Teknologi pendidikan memerlukan sumber daa manusia yang berkualitas untuk bisa mempercepat inovasi sekolah, sedangkam realita masih kurang.
Teknologi pendidikan baik itu herdware maupun soffware membutuhkan biaya yang mahal. Keterbatasan sarana prasarana sekolah akan menghambat inovasi pendidikan. Pendidikan teknologi pendidikan dalam bentuk hardware memerlukan control yang tinggi dari guru atau orang tua terutama internet dan software. Siswa yang tidak mempunyai motivasi yang tinggi cenderung  gagal.
Menurut bapak Mujiyanto, S.pd mengatakan sangat pentingnya pasilitas teknologi pendidikan disekolah, seperti computer, memudahan untuk proses belajar siswa. Serta berpengaruh besar dalam peningkatan kelulusan siswa tingkat Nasional yang persentasinya mencapai 100%.[8]

C.    Dampak negatif dari Teknologi Pendidikan
             Kemajuan teknologi yang semakin canggih, jangan sampai merubah tingkah laku kita kepada hal-hal yang negatif. Sebagai contoh adalah, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sekarang sudah mengetahui tentang aplikasi-aplikasi yang telah disediakan internet. Anak-anak sekarang sudah lihai dalam menggunakan program-pogram yang telah disediakan di internet. Perilaku semacam ini, seharusnya disertai dengan pengawasan serta bimbingan oleh orang yang lebih mengerti atau orang tua.
Orang tua, harus mampu memberi pengawasan serta menjaga anak-anaknya sambil memberikan bimbingan dalam segala aktifitas yang dilakukan. Jangan sampai, anak-anak bertindak seorang diri tanpa ada yang mengawasi. Jika hal ini dilakukan, maka akan berdampak buruk terhadap  perkembangan sifat anak.
D.    Peningkatan Professional Guru
Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan manusiawi dan profesionalisme guru. Dalam hal ini, hubungan antara kepala sekolah dan guru bersifat proaktif mengupayakan perbaikan, pengembangan, peningkatan keefektifan dan didasarkan atas kekuatan persepsi, bakat atau potensi, dan minat individu. Artinya, kepala sekolah hendaknya memiliki kepedulian terhadap kebutuhan manusiawi dan profesionalisasi guru dalam tiga perspektif.
Pertama, keterlibatan guru dengan segala keunikan kepribadiannya, bakatnya, mengupayakan promosi yang wajar berdasarkan kemampuan kerja guru.
Kedua, kepedulian kepala sekolah terhadap pengembangan guru. Ketiga, program peningkatan profesionalisme guru dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dalam rangka meningkatkan keefektifan sekolah. Ketiga perspektif tersebut dalam proses manajemen bersifat interdependensi dinamis.
Menurut Bapak Mujiyanto, S.Pd mengatakan kesulitannya dalam mengajar adalah tidak ada satu pun metode atau cara yang cocok digunakan  untuk semua materi pengajaran dan tidak ada satu pun materi yang cocok untuk setiap metode pengajaran. Oleh karena itu satu metode biasanya hanya efektif untuk satu jenis materi tertentu dan tidak untuk jenis materi yang lain.[9]
Contohnya, untuk  mata pelajaran kimia dan akidah akhlak. Dalam mata pelajaran kimia, metode yang dipakai teori dan praktek. Siswa harus bisa mengerti teori-teori yang disampaikan oleh Bapak atau Ibu guru, selanjutnya disertai dengan cara menyelesaikan soal-soal. Bereda untuk mata pelajaran akidah akhlak, metode yang sering dipakai yaitu bisa berupa ceramah dan disertai dengan contoh-contoh yang ada dikehidupan sekarang, agar siswa dapat mengerti apa yang disampaikan oleh si guru tadi

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari sumber-sumber yang didapat dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Teknologi pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Penggunaan teknologi pendidikan juga dapat membangkitkan semangat dalam proses belajar.
2.      Kemajuan teknologi yang semakin canggih, jangan sampai merubah tingkah laku kita kepada hal-hal yang negatif.
3.      Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan manusiawi dan profesionalisme guru. Dalam hal ini, hubungan antara kepala sekolah dan guru bersifat proaktif mengupayakan perbaikan, pengembangan, peningkatan keefektifan dan didasarkan atas kekuatan persepsi, bakat atau potensi, dan minat individu

B.     Saran-saran
1.      Diharapkan bagi seluruh tenaga pengajar dapat menjalankan sistem pembelajaran secara efektif dan professional serta dapat memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.
2.      Perlu perkembangan lebih lanjut agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan komprehensif bagi pengembangan ilmu pengetahuan.


[1] Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Cet. 1, (Jakarta : CV Rajawali, 1984), hlm. 4
[3] Ibid,
[4] Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam, (Bandung: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 279
[5] Hasil wawancara dengan Bapak Mujiyanto, salah satu staf pengajar Madrasah Aliyah Negri 1 Samarinda. Kamis, 13  Oktober 2011, 10.00 WITA
[6] Zahara Idris. Dkk, Pengantar Pendidikan, Cet. II, (Jakarta: PT Grasindo, 1992), hlm. 98
[7] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Cet. I, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 17
[8] Hasil wawancara dengan Bapak Mujiyanto, salah sartu staf pengajar Madrasah Aliyah Negeri 1 samarinda, kamis 13 oktober 2011
[9] Hasil wawancara dengan Bapak Mujiyanto, salah satu staf pengajar Madrasah Aliyah Negri 1 Samarinda. Kamis, 13  Oktober 2011,

Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar

Dalam batas-batas tertentu manusia dapat belajar dengan sendiri dan mandiri tanpa bantuan orang lain, namun dalam batas-batas tertentu manusia dalam belajar memerlukan bantuan pihak lain. Hadirnya orang lain dalam pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan mengarah pada tujuan, upaya inilah yang dimaksud dengan pembelajaran. Pembelajaran yang baik belum dapat menjamin baiknya prestasi belajar, masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar, diantaranya adalah peserta didik itu sendiri.
Hakekatnya pembelajaran secara umum sebagai upaya yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Peristiwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar yang diatur oleh guru. Dalam interaksi pembelajaran tersebut, setiap peserta didik
diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat, yang minat dan potensinya perlu diwujudkan secara optimal.
Berbagai usaha yang dilakukan oleh guru atau pengelola pendidik untuk lebih meningkatkan serta mendukung proses belajar agar lebih efektif dan efisien. Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan atau hasil belajar. Salah satunya yang terkait dengan sumber belajar. Banyak berbagai sumber yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Misalnya siswa diajak ke warung dekat sekolah, dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan harga jual. Selain itu, belajar dari sesama teman juga memiliki makna lebih besar sebab siswa lebih mudah memahami bahasa dan isyarat yang diberikan oleh temannya. Lewat kegiatan berkelompok pula siswa memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain.
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Perpustakaan  juga dapat dijadikan sebagai bagian dari layanan dalam memenuhi minat baca peserta didik serta sebagai sumber belajar bagi peserta didik dengan menyediakan bahan-bahan bacaan atau koleksi bahan pustaka serta informasi lainnya. Dilihat dari sisi pelayanan, Perpustakaan masih belum dikelola secara profesional, dari sisi koleksi bahan pustaka, koleksi yang dimiliki masih belum lengkap ragam dan jenisnya sesuai kebutuhan peserta didik, serta kemampuan pengelola belum sesuai standar. Pentingnya keberadaan perpustakaan  dalam menumbuhkan minat baca peserta didik, maka diperlukan perpustakaan yang dapat mengakomodir dan memfasilitasi kepentingan tersebut.
Banyaknya sumber belajar perlu dilestarikan serta dikelola, karena berperan untuk mendorong efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi yang meliputi fungsi layanan, fungsi pengadaan/pengembangan media pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Untuk itu diperlukannya upaya dalam peningkatan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar.
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk:
1. Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk ide, fakta, makna dan data.
2. Orang: orang yang bertindak sebagai penyimpan dan menyalurkan pesan antara lain: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya.
3. Bahan: barang-barang yang berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan; kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian contohnya: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya.
4. Alat/ perlengkapan: barang-barang yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat pada bahan misalnya: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya.
5. Pendekatan/ metode/ teknik: prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan; misalnya: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya.
6. Lingkungan/latar: lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar; misalnya: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Itu semua merupakan sumber belajar. Jadi, dalam proses pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi atau di perusahaan tempat kerja, harus ada upaya atau harus ada sekelompok orang dengan keahlian, tugas dan tanggung jawab tertentu yang mampu menyulap sedemikian rupa semua sumber belajar tersebut agar optimal untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu institusi yang “secara konseptual” dinamakan sebagai Pusat Sumber Belajar. Pusat Sumber Belajar ini, atau apapun namanya adalah sekelompok orang plus sekretariat (atau bangunan) yang bertugas mengelola dan mengoptimalkan berbagai bentuk dan jensi sumber belajar, seperti disebutkan di atas, sedemikian rupa untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Sumber belajar memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
(a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan
(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:
(a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
(b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
(b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
(a) meningkatkan kemampuan sumber belajar;
(b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
(a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit;
(b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Dapat juga  fungsi sumber belajar adalah :
1. Dapat memberi pengalaman belajar langsung dan kongkrit
2. Memungkinkan sesuatu yang tidak bisa diadakan, dikunjungi, dilihat secara langsung.
3. Menambah dan memperluas cakrawala sajian.
4. Memberi informasi yang akurat dan terpadu.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.
Suatu lembaga pendidikan tinggi tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik jika para dosen dan para mahasiswa tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Perpustakaan diartikan sebagai sebuah ruangan, atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual.
Upaya untuk menghidupkan dan mengembangkan perpustakaan sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya tugas pengurus/anggota perpustakaan dan institusi terkait, melainkan kita semua karna intinya usaha bersama menjaga atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Serta merevisi atau mengkaji ulang tujuan dari perpustakaan, untuk mengintensifkan perpustakaan menjadi pusat sumber belajar.
Untuk itu, perpustakaan perlu memiliki atau memberikan pelayanan yang prima dan terbaik dalam penyediaan dan pelayanan informasi dalam menunjang tugas pokok dan fungsi lembaga induknya. Artinya memberikan pelayanan prima, yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani penggunanya dengan prinsip people based service (layanan berbasis pengguna) dan service excellence (layanan unggul). Semua ini untuk memuaskan pengguna, meningkatkan loyalitas pengguna, serta meningkatkan jumlah pengguna.
Bukan hanya pemimpin tetapi semua pengelola atau pegawai perpustakaan harus berani menampilkan “wajah baru” atau “gerakan baru” dalam arti berani melakukan terobosan baru dan paradigma baru yaitu dapat mengubah persepsi masyarakat/akademis dari perpustakaan identik dengan buku menjadi perpustakaan identik dengan informasi.
Ketergantungan pada seorang pemimpin perlu ditinggalkan dan bergerak menciptakan kreatifitas atau inovasi yang sistematis. Pimpinan pusat (lembaga) tentunya membuka pintu yang lebar kepada semua bawahannya untuk menentukan kebijakan dalam menciptakan keratifitas untuk mengembangkan dan meningkatkan perpustakaan.Upaya selanjutnya bagaimana pengelola menjalin hubungan dengan semua pihak atau institusi melakukan kerja sama yang saling menguntungkan untuk meningkatkan dan mengembangkan perpustakaan. Hal ini untuk meningkatkan minat baca Peserta didik  dan menjadi perpustakaan yang mampu bersaing.
Sehubungan dengan ini kemampuan pustakawan, idealnya perlu adanya Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI yang terakreditasi sehingga dapat menetapkan sertifikasi untuk standar kompetensi tertentu bagi pustakawan Indonesia agar berdaya saing tinggi dan akreditasi perpustakaan.
Perpustakaan bukan hanya miliki satu lembaga melainkan milik kita semua. Setiap perpustakaan harus dapat memberikan pelayanan yang prima dan terbaik. Dalam pengelolaan dapat menjalin hubungan dengan semua pihak atau institusi dengan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan untuk meningkatkan dan mengembangkan perpustakaan. Membuat hubungan dengan peserta didik yang ada di sekitar perpustakaan tersebut.
Untuk meningkatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar maka perpustakaan harus dapat melakasanakan tugasnya sesuai dengan fungsi perpustakaan sebagai pusat sumber belajar. Perpusatakaan dapat mengikuti perkembangan zaman yang ada serta memperbanyak sumber referensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

 
Daftar Pustaka

Budhiningsih, C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, 2005, PT Rineka Cipta, Jakarta
Nasution, Teknologi Pendidikan,2005, Bumi Aksara, Jakarta
http://arhiefstyle87.wordpress.com/2008/11/07/upaya-peningkatan-perpustakaan-sebagai-pusat-sumber-belajar/