Mahasiswa KI'2010 Part 1

(A. Syaddad, Andi Munadi, Ari Maulana, Bakti Hamdani, Bayu Agung S, Darul Zulfi) (Desy Anggraini, Eka Febriyanti, Emelia Ikhsana, Fatkurohmanudin, Fitriani, Hepni Efendi)

Mahasiswa KI'2010 Part 2

(Imam Adi M, Intan Safitri, Joko Suseno, Lisda Nur A, Masnan, Muammar) (Mudfirudin, M Hasan Basri, M Akbar, M Fadliansyah, M Rasyid Ridho, Nanda Fajrul H)

Mahasiswa KI'2010 Part 3

(Normila, Nur Sodik, Nurul Qomariah, Puji Wulandari, Rab'ul Habibi, Ridho M.P) (Salasiah, Sitti Fatimah, Siwid Sutian, Taryuni, Titis Ratna Sari, Verdy Evansyah)

Mahasiswa KI'2010 Part 4

(Wahyu Fajriyadi, Zuhrotul Husniah, Akhsanul Khair, Eka Patmawati, Siti Hadijah, Siti Kholifah) (Najmatul Hilal, Aan Yusuf K, Indra Lukman, Ibrahim, A. Durori)

Thursday, August 30, 2012

Kurang Kerjaan



Masak-masak (Liburan Smster II)




Pengurus KI Stain Samarinda '2010




Penilaian Berbasis Kelas

Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari aktivitas pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri untuk mengetahui sejauh mana keberhasilannya dilakukan apa yang disebut dengan penilaian. 
 Kesadaran para ahli pendidikan terhadap rendahnya penguasaan materi dan rendahnya skor hasil tes mendorong terjadinya reformasi dalam pembelajaran. Selain itu, bagaimana anak belajar dan perkembangan teori belajar ikut mendorong reformasi pembelajaran. Reformasi pembelajaran juga diikuti dengan reformasi dalam penilaian belajar. 
Reformasi pembelajaran dan penilaian belajar saat ini adalah munculnya gagasan untuk memperbaharui kurikulum. Kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004) mempromosikan bahwa belajar adalah proses membangun kecakapan hidup dan menjalankan kehidupan secara utuh, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan hidup sosial, kecakapan berpikir kritis, kecakapan melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah (kecakapan akademik) dan kecakapan vokasional (Depdiknas, 2002), sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada adanya otonomi pembelajaran dan menetapkan capaian hasil belajar yang lengkap dan komprehensif.
Reformasi kurikulum diimplementasikan dengan diterapkannya strategi pembelajaran baru, yaitu pembelajaran konstruktivis yang kontekstual (pembelajaran kontekstual) dan penilaian belajar baru yaitu penilaian yang bersifat otentik (authentic assessment) yang juga disebut dengan penilaian berbasis kelas.[1] Oleh sebab itu, maka pembahasan dalam makalah ini akan lebih banyak memaparkan hakikat dan konsep-konsep yang berkenaan dengan penilaian berbasis kelas.
A.  Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian adalah suatu proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal) analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.[2]
Penilaian Kelas adalah suatau bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Dalam implementasi KTSP sebaiknya guru menggunakan penilaian berbasis kelas yang memandu sejauh mana transformasi pembelajaran di kelas. Authentik assessment (penilaian yang sebenarnya) menjadi acuan dalam penilaian di kelas, artinya penilaian tentang kemajuan belajar siswa diperoleh di sepanjang proses pembelajaran. Oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintregrasi dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata-mata hasil.[3]
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum.[4]
B.   Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi, sebagai berikut:
a.    Motivasi, artinya tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum. Hasil penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang kurang berhasil.
b.    Valid, artinya penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang dinilai. Oleh sebab itu penilaian tidak menyimpang dari kompeensi yang akan dicapai.
c.    Adil, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, dan jender. Penilaian berbasis kelas menempatkan posisi siswa dalam kesejajaran, dengan demikian setiap siswa akan memperoleh perlakan yang sama.
d.    Terbuka, artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sekolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait).
e.    Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.
f.     Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna dan bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua.
g.    Menyeluruh, artinya penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai (afektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
h.    Edukatif, artinya tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh akan tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar akan lebih optimal.[5]
Penilaian berbasis kelas dikembangkan untuk mendorong guru agar mengajar lebih sistematik dan terarah sehingga pihak-pihak terkait seperti kepala sekolah, pengawas, peserta didik, maupun orangtua mampu melihat keefektifan proses pembelajaran.
C.     Jenis Penilaian Berbasis Kelas
a.    Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Tes tertulis dapat diberikan pada saat ulangan harian dan ulangan umum. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian (esai). Tes tertulis ini biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum.
b.    Tes perbuatan, dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktek. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.
c.    Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1)      Banyaknya tugas satu mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan pesertaa didik, karena peserta didik memerlukan waktu untuk bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sosial lainnya.
2)      Materi tugas dipilih yang esensial sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
3)      Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.[6]
d.    Penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
e.    Penilaian produk adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Seperti kemampuan membuat produk teknologi dan seni Penilaian produk dilakukan terhadap tahapan persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
f.     Penialaian sikap merupakan penilaian terhadap perilaku dan keyakinan  siswa terhadap obyek sikap, antara lain:
1)      Sikap terhadap mata pelajaran
2)      Sikap terhadap guru mata pelajaran
3)      Sikap terhadap proses pembelajaran
4)      Sikap terhadap materi pembelajaran
5)      Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang diinginkan dala diri pserta didik melalui materi tertentu.

g.    Penilaian portofolio merupakan Penilaian melalui koleksi karya (hasil       kerja) siswa yang  sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.[7]

D.     Tujuan dan Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Tujuan dari penilaian adalah untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dapat dihayati, diamalkan/diterapkan, dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu penilaian juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang digunakan sebagai feedback/umpan balik bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakan (Sudjana, 2002: 2). Penilaian ini harus dilakukan secara jujur, dan transparan agar dapat mengungkap informasi yang sebenarnya.
Secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu penddikan secara umum.
Penilaian berbasis kelas bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, penentuan kenaikan kelas, dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
Intinya tujuan dari penilaian adalah :
1)      Menilai kemampuan individual melalui tagihan dan tugas tertentu
2)      Menentukan kebutuhan pembelajaran
3)      Membantu dan mendorong peserta didik
4)      Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
5)      Menentukan strategi pembelajaran
6)      Akuntabilitas lembaga
7)      Meningkatkan kualitas pendidikan [8]
Manfaat penilaian berbasis kelas:
1)      Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi, sehingga termotivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses dan hasil belajarnya
2)      Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial
3)      Untuk umpan balik guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan
4)      Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar sedemikian rupasehingga para peserta didik dapat mencapai kompetensi dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam suasana yang kondusif menyenangkan
5)      Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan sehingga partisipasi orang tua dan komite sekolah dapat ditngkatkan.[9]




E.     Kesimpulan
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum. penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintregrasi dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata-mata hasil.
Prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan adalah motivasi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan, bermakna, menyeluruh dan berorientasi pada kompetensi. Jenis-jenis penilaian berbasis kelas antara lain tes tertulis, tes perbuatan, penugasan, penilaian proyek, penilaian produk, penialaian sikap, dan  penilaian portofolio.
Penilaian berbasis kelas bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, penentuan kenaikan kelas, dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.


       [1] http://istpi.wordpress.com/2008/06/27/penilaian-belajar-berbasis-kelas/ diakses pada tanggal 15/03/12 20.14

       [2] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/ diakses pada tanggal 16/03/12 21.45
       [3] http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/penilian-berbasis-kelas.html/ diakses pada tanggal 16/03/12 22.00

       [4] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian PORTOFOLIO Implementasi Kurikulum 2004,Cet.1, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 5
       [5]Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cet.4, (Jakarta:Kencana,2008), hal.185

       [6]Penilaian PORTOFOLIO Implementasi Kurikulum 2004, Op. Cit, hal. 19
[7] http://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/18/makalah-penilaian-hasil-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 17/03/12 21:38

[9]T.NP, Standar Kompetensi Kepala Sekolah,Cet.1,(Yogyakarta :Pustaka Yustisia, 2007),  hal.209

Pengembangan Model Pembelajaran

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Telah hampir satu jam pelajaran seorang guru menghabiskan waktunya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Tentu saja materi yang ia sampaikan adalah materi pelajaran yang ia pelajari pada malam harinya. Sebagian besar siswa sama sekali tidak merasa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikannya, karena mereka merasa apa yang disampaikan sang guru sama persis dengan apa yang ada dalam buku yang telah mereka pelajari dirumah.karena itulah mereka merasa gelisah selama mendengarkan pelajaran guru. Diantara mereka ada yang asyik membaca buku, mengobrol dan ada juga yang mengantuk.
Kiranya tidaklah berlebihan kalau di katakana bahwa di Indonesia dewasa ini masih sedikit sekali bacaan yang membicarakan masalah mengajar. Tetapi hal seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Walaupun timbul masalah yang sekiranya sangat mengganggu pelajaran, biasanya pengajar akan berusaha mengatasi masalah yang di hadapi saat pelajaran berlangsung.
Di sini akan di uraikan bagaimana seorang pengajar harus melakukan tugas mengajarnya, melainkan kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat di lakukan oleh seorang pengajar serta apa saja yang harus di perhatikan.


Peta KonsepModel Pembelajaran
Model pembelajaran aktif
PAIKEM
Pembelajaran Tematik
Pemebelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan Pembelajaran
(Student or teacher centered)
Strategi Pembelajaran
(exposition-discovery learning or group-individual learning)
Metode Pembelajaran
(Ceramah, diskusi, simulasi, dsb)
Tehnik Dan Taktik Pembelajaran
(spesifik, individual,  unik)
 






















A.  Pengertian model pembelajaran
       Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang di perlukan tergambar dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan tekhnik pembelajaran
Pendekatan pembelajaran ialah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Lawson dalam konteks belajar, pendekatan adalah segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan, keefesienan dalam proses pembelajaran dalam materi tertentu.[1]
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplemntasikan rencana yang sudah di susun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Contoh: ceramah, demonstari, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, debat dll.
Tekhnik pembelajaran adalah cara yang di lakukan seseorang dalam meng implementasikan suatu metode secara spesifik. Contoh, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relative banyak membuntuhkan tekhnik sendiri, yang tentunya secara tekhnis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan adalah dengan motivasi atau dorongan dan keyakinan yang dimulai dari diri sendiri bahwa seseorang mampu untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan yang diinginkan.[2]
Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kek khasan dari masing- masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan tipe kpribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajarn akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Jadi, semua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa  model pembelajaran  memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
B.     Sistem Pembelajaran PAI
1.    Pembelajaran Tematik
a.    Pengertian pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.
Dengan tema di harapkan akan memberikan banyak keuntungan di antaranya:
·         Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
·         Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan pengembangan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
·         Pemahaman terhadap materi pelajarn lebih mendalam dan berkesan.
·         Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar.
·         Siswa lebih bersemangat untuk belajar.
·         Guru dapat menghemat waktu.
b.      Landasan pembelajaran tematik
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi. Pengetahuan tidak dapat di transfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Setelah menentukan keaktifan siswa sekarang bisa dibentuk atau di kembangkan kedalam diri si anak. Kita mulai dengan unsur pertama bagaimana telah kita tentukan, yakni semangat disiplin. Kita tahu sasaran yang akan dicapai yaitu tujuan kearah mana kita harus membimbing si anak. Jadi sudah waktunya kita harus memahami psikologi anak secara meendalam, satu-satu cara untuk bisa memperoleh informasi penting mengenai pokok persoalan ini. Yang terpenting disini menumbuhkan  unsur semangat disiplin.[3] 
Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut di sampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan/peraturan yang mendukung pelaksanaan pelajarn tematik di sekolah dasar.
b.      Arti penting pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan telatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang di pelajarinya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan proses belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu merancang perancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan siswa.
c.       Karakteristik pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menenpatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.
2.      Memberikan pengalaman langsung, hal ini sesuai dengan pembelajaran tematik agar dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Siswa di sini di hadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal- hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, ini dimaksud fokus pembelajaran di arahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep mata pelajaran secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Bersifat fleksibel, di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa di beri kesempatan untuk mengoptimalakan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
d.      Tahapan pembelajaran tematik
1)   Tahap persiapan
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ini perlu di lakukan beberapa hal yang perlu meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana.
2)   Tahap pelaksanaan
Tahap kegiatan yaitu kegiatan  pembukaan/awal/pendahuluan/inti dan kegiatan penutup:
·      Kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan.
Kegiatan ini dilakukakan terutama untuk  mendorong siswa untuk memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
·      Kegiatan inti.
Kegiatan inti ini di fokuskan dalam kegiatan yang bertujuan pengembangan kemampuan baca, tulis, dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat di lakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorang.
·      Kegiatan penutup/ Akhir dan tindak lanjut
Kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Contoh kegiatan akhir yang dapat di lakukan adalah menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah di simpulkan.
3)      Tahap penilaian.
a)    Pengertian.
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkanberbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses  dan proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
b)   Tujuan. Tujuan penilaian tematik adalah:
·         Menegtahui pencapaian indicator yang di tetapkan.
·         Memperoleh umpan balik bagi guru untuk mengetahui hambatan yang terjadi.
·         Memproleh gambaran yang jelas tentang perkembagan siswa.
·         Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial ,pengayaan, dan pemantapan).
c)    Prinsip.
·      Penilaian di kelas harus sesuai kelas, mengingat siswa SD kelas 1 belum semua lanjar baca dan tulis. Maka cara penilaiannya ditekankan pada penilaian tertulis.
·      Untuk anak klz1,2 itu harus lancar baca,tulis,hitung oleh karena itu peserta didik harus mampu menguasai peserta didiknya itu mampu atau tidak dan itu syarat untuk naik kelas.
·      Penilaian di lakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing kompetensi dasar dan hasil belajar.
·      Penilaian di lakukan secara terus-menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung.
d)   Alat Penilaian.
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Dalam kegiatan belajar di kelas awalpenilaian lebih banyak yang di gunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalu pengamantan anak yang di catat pada sebuah buku bantu.  
Perlu ditegaskan bahwa, pemberian angka bukanlah maksud yang utama dari penilaian. Tetapi calon guru harus mengetahui, fungsi dari penilaian adalah: mengetahui tingkat kemajuan, perkembangan murid dalam satu periode tertentu. Hasil dari setiap penilaian akan dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki kemajuan setiap individu murid.[4]

2.    Pembelajaran Kooperatif
a.      Pengertian pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Bekerja atau belajar bersama adalah suatu proses kelompok yang disokong oleh anggota-anggota kelompok , di mana ada ketergantungan satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati. Ruang kelas adalah tempat yang baik sekali untuk membangun kemahiran kelompok yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan.[5]
b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
·        Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran.
·        Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampua tinggi, sedang dan rendah.
·        Penghargaan lebih berorientasi ketimbang individu
c. Tujuan pembelajaran kooperatif.
·          Hasil belajar akademik tujuannya untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik.
·          Penerimaan terhadap individu, maksudnya penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,budaya,kelas sosial,kemampuan dan ketidak mampuan.
·          Pengembangan keterampilan social bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
a.      Tujuan pembelajaran kooperatif.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif yaitu:
·         Prinsip ketergantungan positif
·         Tanggung jawab perseorangan
·         Interaksi tatap muka.
·         Partisipasi dan komunikasi.
b.      Prosedur pembelajaran kooperatif.
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap yaitu: penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, dan pengakuan tim.


3.    Pembelajaran Kontekstual.
a.      Konsep pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke murid dalam kelas dan membuat hub antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterempalilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
b.      Karakteristik pembelajaran kontestual.
Karakteristik pembelajaran kontekstual adalah melakukan hubungan yang bermakna.
·      Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan.
·      Belajar yang di atur sendiri.
·      Bekerja sama.
·      Berfikir kritis dan kreatif.
·      Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
·      Mencapai standar yang tinggi.

c.        Fokus pembelajaran kontestual.
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang di pelajari dan sekaligus memperhatikan pengetahuan faktor kebutuhan individual siswa peranan guru.
d.      Lima strategi umum pembelajaran kontekstual.
Terdapat lima strategi dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yaitu: Relating, Exsperiencing, Applying, Cooperating, Tranperring.
e.       Komponen pembelajaran kontekstual.
Dalam pembelajaran kontekstual ada tujuh komponen pokok yang harus di kembangkan oleh guru yaitu: Kontruktivisme, Inquiry, Bertanya (Questioing), Masyarakat Belajar (Learning Comunnity), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), Penilaian nyata (Authentic Assesment).
f.        Strategi pembelajaran kontekstual.
Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual antara lain:
·         Pembelajaran berbasis masalah.
·         Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman    belajar.
·         Memberikan aktivitas kelompok.
·         Membuat aktifitas belajar mandiri
·         Membuat aktifitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
·         Menerapkan penilaian autentik.

4.      PAIKEM
a.      Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah suatu akronim yang digunakan dalam konteks pembelajaran. Akronim sejenis yang digunakan yakni ASIK yang berarti Aktif, Senang, Inovatif dan Kreatif. Secara umum memang dikenal dengan sebutan PAKEM yakni Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Tetapi seiring dengan perkembangannya ditambah dengan pengembangan dari pembelajaran kreatif yakni pembelajaran yang inovatif. Dan sekarang lebih dikenal dengan PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan [6]
Adapun maksud dari masing-masing kata PAIKEM yaitu : [7]
1)      Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan memecahkan masalah.
2)      Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan.
3)      Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
4)      Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran yakni mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.
5)      Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajarmengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya tinggi.
Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai motivator dan fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau dan setiap kesulitan yang dihadapi siswa selalu memberi solusi. Secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :[8]
1)      Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2)      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3)      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
4)      Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan pendapat tersebut menggambarkan bahwa PAIKEM diantara guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru.
b.      Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, berfikir kritis, dan berpikir kreatif (critical and creative thinking). Berpikir adalah suatu kecakapan nalar secara beratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, member keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir creative adalah suatu kegiatan mental untuk mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk atau soal-soal dalam tiap mata plejaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, dsb.
c.       Karakteristik PAIKEM
Adapun Karakteristik PAIKEM yaitu:
  1. Berpusat pada siswa (student-centered );
  2. Belajar yang menyenangkan (joyfull  learning);
  3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning);
  4. Belajar secara tuntas (mastery learning);
  5. Belajar secara berkesinambungan (continuous  learning);
  6. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual  learning).[9]
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembaljaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi.
1.      Mengalami (pengalaman belajar), antara lain:
·         Melakukan pengamatan
·         Melakukan percobaan
·         Melakukan penyelidikan
·         Melakukan wawancara
·         Siswa belajar banyak melalui berbuat
·         Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2.      Komunikasi, bentuknya antara lain:
·         Mengemukakan pendapat
·         Presentasi laporan
·         Memajangkan hasil kerja
·         Ungkap gagasan

3.      Interaksi, bentuknya antara lain:
·         Diskusi
·         Tanya jawab
·         Lempar lagi pertanyaan
·         Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
·         Makna yang terbangun semakin mantap
·         Kualitas hasil belajar meningkat
4.      Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembaliapa yang diperbuat atau dipikirkan.
·         Mengapa demikian?
·         Apakah hal itu berlaku untuk?
·         Untuk perbaikan gagasan/ makna
·         Untuk tidak mengalami kesalahan
·         Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam meberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi dan transoer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
d.      Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan PAIKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM yaitu :[10]
1)      Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi perkembangan sikap berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur bagi perkembangan kedua sifat tersebut.
2)      Mengenal anak secara perorangan
Masing-masing siswa/anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengenal kemampuan anak, guru dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak menjadi optimal.
3)      Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dengan duduk berkelompok akan memudahkan mereka untuk saling berinteraksi dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan tugasnya.
4)      Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berfikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan berimajinasi oleh karena itu tugas guru adalah mengembangkannya dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka.
5)      Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk dapat memberi motivasi siswa bekerja lebih baik lagi dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya. Dan juga dapat dijadikan rujukan bagi guru ketika membahas suatu masalah.
6)      Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) sebagai bahan dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, agar anak menjadi lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lainnya.
7)      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Umpan balik merupakan interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa dan diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri. Guru harus konsisten memeriksa dan memberikan hasil pekerjaan siswa.
8)      Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental
Aktif mental lebih diutamakan daripada aktif secara fisikal. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan keberanian dari siswa. Guru hendaknya mampu menghilangkan perasaan penyebab rasa takut tersebut.
Hal-hal di atas jika diperhatikan dengan baik maka akan member peluang Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) akan berhasil. Ciri-ciri PAIKEM berhasil, adalah “aktif, kritis, kreatif, kematangan emosional-sosial meningkat, produktif dan siap menghadapi perubahan”. Dan tidak diragukan lagi jika PAIKEM benar-benar dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya maka tujuan pendidikan seperti apa yang diharapkan dalam Undang-Undang yakni membentuk watak dan mengembangkan potensi anak didik akan tercapai.[11]


e.       Penjabaran PAIKEM
1.    Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.  Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan  semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendir.[12]
Sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:[13]
1)        Keterlekatan pada tugas (Commitment)
Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);
2)        Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3)        Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergan­tung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang­geng diban­dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat  apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
2.    Pembelajaran Inovatif
Inovasi adalah“something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.[14]
Pembelajaran inovatif  dapat  menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara system atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
3.    Pembelajaran Kreatif
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa[15] Kriteria Kreatif:
·         Berpikir kritis
·         Memecahkan masalah secara konstruktif
·         Ide/ gagasan yang berbeda
·         Berfikir konvergen (pemecahan masalah yang “benar” atau “terbaik”).
·         Berfikir divergen (beragam alternative pemecahan masalah)
·         Fleksibelitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
·         Berfikir terbuka
4.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang  “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.[16]
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar  Kriteria Efektif, Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
·         Siswa menguasai konsep
·         Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
·         Siswa menghasilkan produk tertentu
·         Siswa termotivasi untuk giat belajar

5.    Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembela- jaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.[17]
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana Socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Kriteria Menyenangkan:Pembelajaran berlangsung secara: Interaktif, Dinamik, Menarik, Menggembirakan, Atraktif, Menimbulkan inspirasi
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar – mengajar yang aktif (PAIKEM).
1.                 Think-Pair-Share merupakan kegiatan sederhana di kelas. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan tentang sebuah topik, berdiskusi dengan teman sebayanya, dan berbagai hasilnya dengan teman lain di kelasnya.
2.                 Minute Papers ialah kegiatan guru memberikan peluang kepada siswa untuk menyintesiskan pengetahuannya dan menjawab pertanyaan seperti apa hal yang paling penting yang telah dipelajari hari ini? Apa pertanyaan yang belum terjawab? Dan pertanyaan lainnya yang menyangkut kegiatan belajar mengajar yang telah dilaluinya.
3.                 Writing Activities merupakan peluang bagi siswa untuk berpikir dan memproses informasi yang dimilikinya. Misalnya sebagai tambahan kegiatan Minutes Papers di atas, guru dapat memberikan sebuah pertanyaan yang dari satu siswa diberi waktu untuk secara bebas menuliskan jawabannya. Tentu saja guru juga bisa memberikan topik; untuk menjadi bahan yang akan ditulis oleh siswanya.
4.                 Brainstorming merupakan teknik sederhana lainnya yang dapat melibatkan semua siswa di dalam kelas untuk berdiskusi. Dengan mengetengahkan sebuah topik, guru dapat meminta masukan dari siswanya dan mencatat masukan – masukan itu pada papan tulis.
5.                 Games merupakan teknik yang biasanya menarik banyak siswa. Bisa termasuk di dalamnya matching, mysteries, group competitions, solving puzzles, dan lain sebagainya.
6.                 Debates yang ditampilkan di kelas bisa menjadi alat yang efektif dalam mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu dari arah yang berbedabeda.
7.                 Group work dapat menjadi peluang bagi setiap siswa untuk berbicara, berbagi pandangan, dan mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
8.                 Case Studies biasanya menggunakan cerita nyata dari kehidupan seharihari yang terjadi pada masyarkat di lingkungan siswa itu sendiri, dalam keluarga, dalam sekolah, atau yang terjadi pada seseorang di antara para siswa itu. Hal ini akan memberikan wawasan tentang situasi nyata, langkah yang sebaiknya diambil, dan akibat-akibat yang mungkin terjadi.
9.                 Concept mapping membantu siswa untuk bisa menciptakan representasi visual dari model, gagasan, dan hubungan antara konsep. Mereka menggambarkan dengan menggunakan lingkaran dan garis penghubung, dengan fase yang dapat menghubungkan pada garis-garis tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

C.   Kesimpulan
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang di perlukan tergambar dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan tekhnik pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran ialah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan adalah dengan motivasi atau dorongan dan keyakinan yang dimulai dari diri sendiri bahwa seseorang mampu untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan yang diinginkan.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplemntasikan rencana yang sudah di susun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tekhnik pembelajaran adalah cara yang di lakukan seseorang dalam meng implementasikan suatu metode secara spesifik.
Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan tipe kpribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajarn akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Jadi, semua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa  model pembelajaran  memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran.


[1] Ramayulis, ilmu pendidikan islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 169
[2] Justina Anggraini, kiat sukses dalam study, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 2005), h. 4
[3] Emile Durkhem, pendidikan moral, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h. 93
[4]     W. James Popham & Evi L. Bakar, teknik mengajar secara sistematis, (Jakarta: PT Rineka Ciipta, 1992), h. 151
[6] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM  (Bandung:. Rahayu. 2009) Hal 1
[7] Suparlan, Dasim, dan Danny. 2008. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Bandung : PT Genesindo, 2008) Hal 70
[8] Suparlan, Dasim, dan Danny. … Hal 71
[9] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata….  Hal 3
[10] Suparlan, Dasim, dan Danny. …Hal 74
[11] Suparlan, Dasim, dan Danny….. Hal 95
[12] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, …Hal. 13
[13] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, …Hal 14
[14] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, Rahayu. 2009 Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).  Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan  UIN Sunan Gunung Djati  Bandung. Hal 16
[15] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, …Hal. 32
[16] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, …. Hal 33
[17] Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, … Hal. 34